reborn rich

Duet nama besar Jung Dae-yoon dan Kim Tae Hee bekerja sama menggarap drama pembalasan dendam paling populer di pertelevisian Korea Selatan saat ini. Series adaptasi novel web karya San Kyeong yang mereka arahkan dan tulis dengan judul yang sama, Reborn Rich. Lewat sokongan JTBC Studios dan Viu, kisah yang juga mengandung sisi fantasi, percintaan, dan sejarah ini dibintangi Song Joong-ki yang beradu peran dengan aktor kawakan Lee Sung-min, serta Hyeon-bin Shin (Hospital Playlist), Yeong-jae Kim, Kim Nam-Hee, Jo Han-chul, dan Tiffany Hwang. Bila pernah dengar Sungkyunkwan Scandal serta karya-karya buatan Dae-yoon, lantas bagaimana dengan series ini?

Yoon Hyeon Woo (Joong-ki) telah bertahun-tahun mengabdi sebagai salah satu pegawai paling teladan, rajin, dan dipercaya dalam perusahaan raksasa Soonyang. Meski ia hanyalah lulusan SMA. Ketika Hyeon Woo ditugaskan oleh Jin Seong Joon (Nam-Hee) untuk mengambil sejumlah besar uang gelap milik perusahaan yang ada di luar negeri, ia justru dikhianati dan dibunuh. Namun, ternyata Hyeon Woo terlahir kembali sebagai sosok yang berbeda, yakni Jin Do Joon, cucu bungsu Jin Yang Cheol (Sung-min), pendiri sekaligus pemilik Grup Soonyang. Seorang cucu yang hanya diketahui telah meninggal karena kecelakaan. Kontan, Do Joon bertekad untuk balas dendam terhadap keluarga konglomerat itu.

Series garapan Korea Selatan dengan tema-tema pembalasan dendam bukanlah hanya Reborn Rich satu-satunya. Kita tahu itu sejak rilisnya My Name tahun lalu, diikuti Bulgasal, Revenge of Others, hingga The Glory yang baru akan tayang tahun depan. Bahkan ada pula The Golden Spoon dengan niatan pembalasan dendam dari sang tokoh utama sebagai pemicu bergeraknya cerita. Meski tidak sefrontal dan terang-terangan judul-judul lainnya. Lagipula Reborn Rich sekalipun lebih memilih bermain-main di area balas dendam dengan cara yang berbeda. Alih-alih mengekor lewat adegan laga, Reborn Rich menunjukkan pembalasan dendam yang lebih mewah nun elegan.

Kendati memang cerita pembalasan dendam dalam Reborn Rich bukanlah skenario asli atau orisinal, melainkan adaptasi dari novel web populer. Namun, tetap saja Tae Hee bisa dengan lihai mengolahnya ke dalam skenario buatannya. Terutama cara setiap karakternya dalam memanipulasi dan menyusun strategi sangat mengesankan untuk ditonton. Jalinan cerita melalui konflik internal keluarga konglomerat (chaebol) dalam perang suksesi memperebutkan jabatan tertinggi.

Sayangnya, bangunan cerita yang selalu menempatkan tokoh utama pasti menang dalam setiap masalah atau “pertarungan” membuat alur Reborn Rich cukup banyak bisa ditebak. Memang ada lika-liku dan kerumitan dalam alur ceritanya. Namun, sebagian besar kejadian sudah bisa ditebak ujungnya. Apalagi yang melibatkan sang tokoh utama. Sudah pasti dia bakal selamat. Singkatnya, bagaimanapun Jin Do Joon dijatuhkan oleh keluarganya sendiri ke dalam pelbagai macam jebakan, dia tetap menang pada akhirnya. Hanya masalah waktu untuk mencari bukti-bukti ketidakbersalahannya saja.

Adanya unsur-unsur yang biasa muncul dalam genre sageuk (drama sejarah), senada dengan kebutuhan Reborn Rich untuk menunjukkan beragam peristiwa besar yang pernah dialami Korsel. Khususnya dalam rentang waktu sebelum hingga seusai 2000. Mulai dari krisis keuangan, perihal produk elektronik, hingga pencapaian para atlet. Paling tidak, Reborn Rich tidak mengabaikan kausalitas realita sebagai series yang berlatarkan Korea Selatan pada tahun-tahun itu.

Reborn Rich pun menampilkan olah peran ciamik dari duet sang kakek, Yang Chul (Sung-min) dengan cucunya, Do Joon (Joong-ki). Meski pencapaian akting Joong-ki sendiri kerap kali mendapat komentar negative dan kekecewaan. Namun minimal –bagi penonton awam—penampilannya dalam Reborn Rich baik-baik saja. Senada pula dengan pesona dan karisma dari sang jaksa yang berjuluk Malaikat Maut Soonyang, Seo Min Young (Hyeon-bin). Kita tahu tuntutan peran dari rekam jejaknya selama ini terbilang beragam. Bukan hanya mereka bertiga, karena andil dari para pemeran pendukung dalam cerita juga solid. Tae Hee membuat peran mereka hampir selalu pasti memaksa penontonnya untuk ikut memutar otak di setiap episodenya.

Baca Juga  The Glory

Namun Reborn Rich nyatanya menuai komentar pedas gara-gara akhir cerita yang mengecewakan, terkait nasib sang cucu bungsu pada episode 16. Meski sebetulnya alasan-alasan yang mendasari akhir hidup Do Joon sangat bisa diterima. Justru, cara untuk mengakhiri hidupnya lah yang aneh. Cenderung terlalu dipaksakan hanya agar bisa sesegera mungkin berakhir. Padahal jika dilogika baik-baik, Do Joon sangat mungkin masih mampu menghindari kejadian fatal yang menimpanya dalam episode tersebut.

Selain ihwal nasib sang tokoh utama di kehidupan kedua yang diletakkan oleh penulis Reborn Rich (versi drama) pada episode 16, pilihan plot twist yang Tae Hee rancang untuk mengakhiri series ini pun malah absurd. Benar saja. Reborn Rich masih masuk akal jika “hanya” menayangkan episode 1 dan 16, ditambah beberapa kilas balik saja. Rentetan panjang upaya jiwa Hyeon Woo dalam tubuh Do Joon untuk balas dendam malah terbuang. Padahal ke-14 episode tersebut mampu membangun keseruan dengan baik. Nahas, keputusan penulis yang berambisi untuk mengubah akhir cerita demi bisa mengungguli versi orisinalnya justru mengkhianati dan merusak antusiasme penonton belasan episode ke belakang.

Pada cerita aslinya, jiwa Hyeon Woo dalam tubuh Do Joon tidak kembali lagi ke masa sekarang dan benar-benar berhasil menduduki Grup Soonyang. Jadi Hyeon Woo memang terlahir kembali, bukan sekadar jiwa yang bisa datang dan pergi sebagaimana dalam episode 16. Bahkan seolah masa hidup yang dijalani Hyeon Woo sebagai Do Joon hanyalah mimpinya saat koma.

Inilah akibatnya jika penulis skenario terlewat percaya diri ingin menciptakan akhir cerita orisinalnya sendiri, padahal kapabilitasnya belum tentu bisa menjamin akhir cerita gubahan pribadi itu berhasil. Senada dengan nasib Game of Thrones lewat episode terakhirnya dalam musim ke-8. Dua-duanya, baik Reborn Rich maupun Game of Thrones terang-terangan “mengkhianati” semangat, keseruan, antusiasme, dan atensi yang telah terbangun sejak awal, dengan memberikan akhir cerita yang kurang memuaskan.

Terlepas dari episode terakhir yang problematik, agak sukar dipercaya era 80-90-an di Korea Selatan sudah punya setting dan bangunan seperti yang ada dalam Reborn Rich. Semasa kesadaran dan pikiran Hyeon Woo menjalani kehidupan sebagai Do Joon. Tampak sekali sudah ada cukup banyak barang-barang modern di tempat para orang kaya tinggal, dan hanya di sana pula cerita berjalan.

Walau ada sejumlah kekurangan tersebut, tetap tak bisa menampik fakta bahwa Reborn Rich menjadi salah satu tayangan drama terfavorit dengan skala global. Termasuk dalam platform yang menayangkannya, Viu. Besar kemungkinan ini disebabkan oleh minat khalayak terhadap konsentrasi ceritanya. Apalagi ketika Joong-ki sebagai Do Joon atau Hyeon Woo yang pada dasarnya hanya seorang diri, melawan raksasa Soonyang dengan para pejabat tertingginya beserta kelicikan mereka. Dan sang tokoh utama kerap kali berhasil lolos dari “maut”-nya, bahkan seakan telah merencanakan kekalahannya sendiri demi kemenangan yang lebih besar.

Reborn Rich tampil dengan gairah balas dendam elegan melawan keluarga konglomerat beserta kelicikan mereka, tetapi malah diobrak-abrik lewat episode terakhir. Bukan lantas 14 atau bahkan 15 episode sebelumnya menjadi sia-sia sama sekali. Hanya hancur saja, dan pelakunya adalah sang penulis series ini sendiri. Sayang sekali kepercayaan dirinya yang berlebihan untuk menciptakan akhir cerita dari buah pikirnya sendiri malah berujung tragis.

PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaArgantara
Artikel BerikutnyaAnoksia
Miftachul Arifin lahir di Kediri pada 9 November 1996. Pernah aktif mengikuti organisasi tingkat institut, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi (2015-2021) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga turut andil menjadi salah satu penulis dan editor dalam media cetak Majalah Art Effect, Buletin Kontemporer, dan Zine K-Louder, serta media daring lpmpressisi.com. Pernah pula menjadi kontributor terpilih kategori cerpen lomba Sayembara Goresan Pena oleh Jendela Sastra Indonesia (2017), Juara Harapan 1 lomba Kepenulisan Cerita Pendek oleh Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny (2018), Penulis Terpilih lomba Cipta Puisi 2018 Tingkat Nasional oleh Sualla Media (2018), dan menjadi Juara Utama lomba Short Story And Photography Contest oleh Kamadhis UGM (2018). Memiliki buku novel bergenre fantasi dengan judul Mansheviora: Semesta Alterna􀆟f yang diterbitkan secara selfpublishing. Selain itu, juga menjadi salah seorang penulis top tier dalam situs web populer bertema umum serta teknologi, yakni selasar.com dan lockhartlondon.com, yang telah berjalan selama lebih-kurang satu tahun (2020-2021). Latar belakangnya dari bidang film dan minatnya dalam bidang kepenulisan, menjadi motivasi dan alasannya untuk bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2019. Semenjak menjadi bagian Komunitas Film Montase, telah aktif menulis hingga puluhan ulasan Film Indonesia dalam situs web montasefilm.com. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Agustinus Dwi Nugroho.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses