Di tengah maraknya serial adaptasi webtoon di platform streaming, A Business Proposal (Korea: Sa-nae-mat-seon) banyak menarik perhatian. Serial yang diadaptasi dari The Office Blind Date  karangan Hae Hwa ini, ramai di mulut para penggemar K-drama. Dibintangi Ahn Hyo-seop, Kim Se-jeong, Kim Min-kyu, dan Seol In-ah, serial ini betah di posisi puncak Top Ten Netflix Indonesia. Di bawah arahan Park Seon-ho-I, A Business Proposal boleh dibilang telah menyaingi popularitas serial adaptasi sekelas All of Us Dead (2022). Sebelumnya Park juga pernah menggarap serial adaptasi tak populer yang ditulis oleh suster Kim Hyun-ah berjudul I Am a Nurse, a Human (2021). Apa yang membuat garapannya kali ini berbeda?

Shin Ha-ri (Kim Se-jeong) menggantikan sahabatnya Jin Yeong-seo (Seol In-ah) untuk hadir dalam kencan buta dengan Kang Tae-moo (Ahn Heyo-seop). Ha-ri dan Yeong-so bersekongkol agar Tae-moo tidak melanjutkan kencan tersebut ke jenjang berikutnya. Segala cara dilakukan, mulai dari berdandan nyentrik hingga bertingkah nakal. Namun, sikap Ha-ri justru membuat Tae-moo tertarik bahkan jatuh cinta. Kencan pun terus berlanjut. Di saat bersamaan, Ha-ri harus menyembunyikan identitas aslinya sebagai peneliti di perusahaan yang dipimpin Tae-moo.

Kisah cinta antara bos dan karyawan dalam K-drama cukup banyak dijumpai. Kisah macam ini kerap kali dikemas dengan perbedaan status ekonomi yang menonjol, satu yang masih segar adalah What’s Wrong with Secretary Kim. Di lingkup webtoon, kisah serupa bahkan telah diidentifikasi sebagai sub-genre CEO yang tengah tren dan disadari oleh Park Seon-ho-I.

Sebagai drama romantis, sebenarnya tidak ada yang istimewa dari kisah cinta Ha-rin dan Tae-moo. Namun cukup berani dan berhasil. Kita bahkan tidak perlu membaca versi webtoon-nya untuk tahu bagaimana kisah cinta mereka. Pada tiap episodenya, A Business Proposal menjanjikan banyak hal. Mulai dari pengembangan karakter yang baik, dialog yang kuat, dan komedi yang renyah. Semua itu dipresentasikan dengan paduan gambar yang mentereng.

Baca Juga  Man vs. Bee

Sejak episode pertama, serial ini telah menunjukkan kemampuannya bermain efek visual dengan menampilkan segmen yang sama persis dengan versi webtoon-nya. Segmen ini menjadi salah satu yang paling ikonis dan terbaik. Pada episode-episode berikutnya, efek visual masih digunakan secara variatif yang membangun suasana segar, menambah kesan dramatis, sekaligus memperkuat identitas webtoon-nya.

Di sisi lain, sudut-sudut pengambilan gambar mampu mengarahkan penonton untuk turut merasakan emosi tertentu secara tepat; juga membentuk suasana humor yang khas dan mengena. Ditambah penggunaan lampu sebagai elemen dekoratif yang apik, pola editing yang bagus, pemain tampil baik secara seimbang menjadikan serial ini lebih baik dari seri webtoon-nya.

Kisah cinta yang klise tidak menjadikan A Business Proposal kehilangan daya pikat. Presentasi yang mentereng adalah kunci suksesnya. Serial ini sudah bisa dinikmati di Netflix hingga episode terakhir.

PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaMetal Lords
Artikel BerikutnyaFantastic Beast: The Secrets of Dumbledore
Arami Kasih menempuh pendidikan D3 Komunikasi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010, kemudian melanjutkan studi S1 Film dan Televisi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta melalui program ekstensi. Arami lulus sebagai Sarjana Seni pada tahun 2019 dengan pengkajian berjudul “Implikasi Perubahan Naratif dan Sinematik dari Ekranisasi Blog Kambing Jantan”. Delapan tahun mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, ia terlibat secara aktif dalam berbagai organisasi baik sebagai pengurus maupun anggota. Beberapa di antaranya adalah komunitas radio Bionic FM, sebagai bendahara dan penyiar; komunitas sastra Pena Merah, sebagai penubuh dan penulis; serta Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi, sebagai pemimpin umum, editor, dan reporter. Ketertarikannya terhadap film berawal dari kegemaran mendengarkan dongeng yang dituturkan secara apik oleh orang tuanya semasa kecil. Ditambah kecintaannya terhadap segala bentuk kesenian, mulai dari seni tradisional hingga media baru. Ia pun telah beberapa kali terlibat dalam kegiatan seni rupa dan pertunjukan. Baginya, film sebagai karya seni popular merupakan manifestasi imaji yang nyaris sempurna. Sebagai mahasiswa, ia telah memproduksi berbagai karya film baik fiksi maupun dokumenter. Arami juga telah menonton segudang film dari masa ke masa. Mulai dari film roman klasik seperti Roman Holiday, hingga Lamb. Karya skenario film pertamanya dibuat pada tahun 2019 berjudul “Mulawi”. Pada tahun 2020, karya ini telah dialihwahanakan dan diterbitkan sebagai novel berjudul “Petemun” oleh penerbit indi. Arami bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2022.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.