All the Old Knives (2022)
101 min|Mystery, Thriller|08 Apr 2022
6.1Rating: 6.1 / 10 from 29,596 usersMetascore: 62
Veteran CIA agent Henry is reunited in Vienna with his former colleague and lover Celia.

Aktor Chris Pine belum lama bermain dalam film aksi thriller The Contractor, seminggu kemudian ia merilis satu filmnya lagi, All the Old Knives. Film thriller spionase ini diarahkan oleh sineas Denmark, Janus Mets Pedersen. Pine kini didampingi oleh nama-nama senior, seperti Thandiwe Newton, Laurence Fishburn, dan Jonathan Pryce. Film ini diadaptasi dari novel bertitel sama karya Olen Steinhauer yang uniknya dia juga menulis naskah film ini. Sudah lama kita tidak menonton thriller spionase yang berkualitas, apakah film ini bisa menjawabnya?

Teroris mengambil-alih penerbangan nomor 127 maskapai Turkey Airlines di bandara Vienna, Austria. Kantor CIA Vienna pun panik karena kecolongan dan mencoba mencari solusi cepat untuk menyelesaikan masalah sebelum korban berjatuhan. Pimpinan CIA Vienna, Vick (Fishburne) mengerahkan semua agen tangguhnya, termasuk Henry (Pine) dan Celia (Newton) untuk menghubungi kontak mereka untuk mencari tahu apa yang diinginkan para pembajak. Namun, mereka pun gagal, semua awak dan penumpang termasuk para pembajak tewas sebelum otoritas beraksi. Delapan tahun kemudian, kasus ini dibuka kembali dan CIA menduga ada orang dalam yang membocorkan informasi ke para pembajak. Vick pun mengutus Henry untuk menginterogasi para terduga kuat, yakni Celia dan bosnya, Bill (Pryce).

Kekuatan dan kelemahan filmnya terdapat pada naskahnya. Latar waktu plot sesungguhnya ada di masa lalu (peristiwa pembajakan) sehingga dominasi penggunaan kilas-balik pun tak terhindarkan. Dengan efektif (bahkan cerdas, kalau saya bilang), kisahnya bertutur bolak-balik, masa kini – masa lalu, dan kadang pun, kilas-balik pada kilas balik pun digunakan. Rumit? Ya, jika tidak cermat sedikit saja, tamat sudah. Informasi lewat sedikit saja, kita bakal kehilangan pegangan cerita, dan kita tak tahu mana yang penting dan mana yang tidak. Jika kamu cermat, kamu bakal menikmati karena alur plotnya mampu menjaga sisi misteri dan intensitasnya secara konsisten. Namun lazimnya, plot rumit semacam ini berakhir sangat sederhana. Bagi penikmat film yang cermat, rasanya tak sulit menebak plotnya bakal mengarah ke mana. Ini memang menjadi bumerang untuk filmnya. Tampak sekali, cerita novelnya jauh lebih kompleks dari naskah filmnya.

Baca Juga  Blood & Gold

All the Old Knives menyajikan tipikal thriller spionase melalui cara bertutur unik dengan segala  kerumitan plotnya. Secara teknis, satu pun aspeknya tidak ada yang miss. Baik setting, sinematografi, musik termasuk empat kasting utamanya bermain pada level mereka. Lalu tentu saja, sisi editing yang menyajikan potong silang adegan dengan demikian masif mampu tersusun dengan apik. Dengan kisah yang ditawarkan, dua-tiga dekade lalu, film ini bisa jadi terasa sangat istimewa, namun sekarang, tayangan macam ini sudah biasa muncul di serial televisi. Untuk penikmat film serius, film ini adalah tontonan wajib. Jika kamu mencari aksi, lewatkan saja.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
65 %
Artikel SebelumnyaThe In Between
Artikel BerikutnyaThe Outfit
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.