Enola Holmes (2020)
123 min|Adventure, Crime, Drama|23 Sep 2020
6.6Rating: 6.6 / 10 from 233,260 usersMetascore: 68
When Enola Holmes, Sherlock's sister, discovers her mother is missing, she endeavors to find her, becoming a super-sleuth in her own right as she outwits her famous brother and unravels a dangerous conspiracy.

Enola Holmes adalah film petualangan detektif produksi Netflix arahan Harry Breadbeer. Film ini dibintangi beberapa bintang ternama, sebut saja Elena Bonham Carter, Henry Cavill, Sam Claffin, serta bintang muda Millie Bobby Brown. Kisah filmnya diadaptasi dari seri novel berjudul sama karya Nancy Springer. Enola dikisahkan adalah adik terkecil dari detektif kondang Sherlock Holmes, tentu perpektif kisahnya sangat menjanjikan bukan?

Alkisah sejak kecil hingga remaja, Enola (Brown) dididik sendiri oleh sang ibu (Carter) untuk menjadi gadis cerdas, tangguh, liar, dan pemberani. Suatu ketika, sang ibu menghilang, dan kakaknya, Mycroft ingin mengirim sang adik ke asrama untuk dididik menjadi gadis terhormat. Sementara Sherlock mampu melihat adiknya dari sisi yang berbeda, dan ia pun membiarkan ketika Enola kabur dari asrama untuk mencari sang ibu. Petualangan Enola pun dimulai.

Kisahnya memang segar dan menarik. Penonton yang sebelumnya telah akrab dengan sosok Sherlock, baik dari film maupun miniseri, tentu berharap sesuatu yang berbeda. Sosok Sherlock yang hanya muncul sekilas-sekilas memberi rasa penasaran sepanjang filmnya dan mampu memberi ruang bagi sosok Enola untuk bergerak bebas dengan petualangannya. Hanya saja, kisahnya memang terasa sekali banyak kebetulan dan penikmat film sejati rasanya tidak sulit untuk menebak arah kisahnya. Secara keseluruhan, kisahnya lebih terasa sebagai “pilot project” untuk seri Enola ke depan (jika ada).

Baca Juga  Sicario: Day of the Soldado

Namun, kelemahan kisahnya banyak tertolong oleh pemainan mengesankan dari sang bintang muda yang telah kita kenal melalui serial Stranger Things. Brown mampu membuat filmnya sama sekali tidak membosankan, terlebih sisipan pendekatan estetik pelanggaran tembok keempat memberi nuansa yang berbeda bagi penonton. Baik akting maupun aksi fisik, Brown mampu bermain maksimal. Chemistry-nya dengan sosok Tewkesbury serta sisipan komedinya juga memberi nilai hiburan yang kuat bagi kisahnya. Sementara sosok para pemain seniornya jelas tak perlu banyak komentar, hanya saja pasti kebanyakan penonton berharap sosok Sherlock bisa muncul lebih banyak. Entah ini hanya saya saja, tapi apakah Carter tidak terlalu muda untuk menjadi ibu dari sosok Mycroft dan Cavill? Saya bahkan sempat berpikir jika peran Carter adalah kakak perempuan tertua Sherlock.

Enola Holmes merupakan perspektif baru dari seri Sherlock Holmes dengan penampilan enerjik dari Millie Bobby Brown serta dukungan artistik menawan, hanya saja kisahnya kurang menggigit. Production value (artistik) memang menjadi salah satu kekuatan utama filmnya yang disajikan begitu meyakinkan. Sayang sebenarnya, film sekelas ini tidak bisa kita nikmati di bioskop. Sebagai penutup, tentu kita semua berharap kisah Enola bisa berlanjut, entah itu serial maupun seri film panjang.

Stay Healthy and safe!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaKekuatan Perempuan dalam Mulan
Artikel BerikutnyaThe New Mutants
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses