Escape Room: Tournament of Champions (2021)
88 min|Action, Adventure, Horror|16 Jul 2021
5.7Rating: 5.7 / 10 from 62,155 usersMetascore: 48
Six people unwillingly find themselves locked in another series of escape rooms, slowly uncovering what they have in common to survive. Joining forces with two of the original survivors, they soon discover they've all played the g...

Escape Room: Tournament of Champions merupakan sekuel langsung dari Escape Room (2019) yang digarap oleh sineas yang sama, Adam Robitel. Film pertamanya yang berbujet USD 9 juta mampu meraih raihan global lebih dari USD 150 juta sehingga tak heran jika sekuelnya dibuat. Film ini masih dibintangi dua pemain seri sebelumnya, Taylor Russel dan Logan Miller. Mampukah film berbujet USD 15 juta ini menyajikan aksi menegangkan unik, lebih dari sebelumnya?

Setelah lolos dari maut dalam seri pertamanya, Zoey (Russel) dan Ben (Miller) ternyata masih mencoba mengungkap siapa dalang di balik semuanya, berbekal dari titik koordinat yang mereka dapat. Sesampainya di sana, justru mereka kembali masuk ke dalam perangkap ruang permainan yang sama seperti sebelumnya. Kali ini bersama empat orang lain yang ternyata juga lolos dari escape room yang dibuat oleh kooeperasi yang sama, MINOS. Zoey dan Ben harus melupakan investigasinya dan menghadapi ancaman permainan mematikan di depan mereka.

Seperti standar film sekuel lazimnya, film ini berbujet lebih besar dan kali ini penuh dukungan efek visual. Satu hal yang membedakan adalah tempo cerita yang begitu cepat ketika plot utama mulai berjalan tanpa banyak rehat pada tiap momennya. Bicara ketegangan, kali ini nyaris nol, karena kita tak mampu berempati banyak dengan tokoh-tokohnya. Dengan perangkap mekanik yang lebih canggih dan modern dari sebelumnya, sisi ketegangan film ini justru malah tidak menggigit tanpa kita mampu peduli dengan karakternya. Hasilnya adalah repetisi aksi yang monoton dan melelahkan, serta mudah diantisipasi.

Baca Juga  It Chapter Two

Secara literal mekanik, Escape Room: Tournament of Champions tidak seperti film sebelumnya yang mampu menyajikan ketegangan maksimal pada tiap adegannya. Sedikit kejutan di penghujung cerita juga tidak lantas membuat kisahnya lebih menarik. Ending-nya jelas membuka peluang untuk sekuel kedua jika film ini sukses komersial. Film ini rasanya memang lebih pas untuk para fans permainan “Escape Room” ketimbang penonton yang mencari hiburan melalui aksi-aksi ketegangan. Escape Room adalah sebuah permainan yang memadukan kecerdasan, kecepatan berpikir, dan ketangkasan fisik, namun film ini justru mematikan spirit permainannya sendiri.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
40 %
Artikel SebelumnyaPengambilan Keputusan Dewan Juri FFWI XI Diprediksi Bakal Seru
Artikel BerikutnyaDon’t Breath 2
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.