Face your fear

Teramat jarang film thriller yang bermain di ketinggian, Fall mencoba sebuah pendekatan yang ekstrem yang rasanya baru ini kita lihat. Fall adalah film garapan Scott Mann yang juga menulis naskahnya bersama Jonathan Frank. Film ini dibintangi dua pemain utama yang tidak banyak kita kenal, yakni Virginia Gardner serta Grace Fulton serta aktor kawakan Jeffrey Dean Morgan. Dengan penggunaan set minim pada ketinggian 600 meter, seberapa tinggikah pencapaian film ini?

Nyaris setahun berlalu, Becky (Fulton) masih saja meratapi kematian suaminya dalam satu kecelakaan panjat tebing. Hunter (Gardner) sahabat terdekatnya yang juga seorang YouTuber, mengajaknya untuk melakukan aksi gila, yakni memanjat menara radio berketinggian 600 meter di wilayah pedalaman jauh dari kota. Becky pun akhirnya bersedia. Setelah susah payah memanjat ribuan anak tangga, akhirnya mereka tiba di puncak menara. Namun ketika akan turun, satu musibah terjadi dan mereka pun terjebak di atas sana.

Sebuah premis yang menegangkan bukan? Bagi yang takut ketinggian, efeknya bisa berlipat kali jika kamu menontonnya di bioskop. Dijamin, sepanjang film kamu tidak akan pernah duduk nyaman di bangku teater karena efek ketinggiannya. Bahkan bunyi gemerincing mur atau baut yang kendor sudah mampu memompa jantung kita lebih cepat. Menonton Fall ibarat menonton film horor yang tiap saat membuat bulu kuduk merinding dan kejutan bisa datang kapan saja. Walau kita tahu, tidak mungkin film ini diproduksi seluruhnya pada ketinggian tersebut, namun semua pengadeganannya tampak begitu meyakinkan. Dalam beberapa momen, kita bisa melihat satu dua kejanggalan kecil, di mana pada ketinggian tersebut angin pasti berhembus teramat kencang. Ini bisa dimaklumi, dan semua terbalas dalam beberapa segmen aksi yang amat menegangkan.

Baca Juga  The Contractor

Intense, menegangkan, serta set yang memukau, Fall bukan untuk tontonan bagi orang yang takut ketinggian. Di luar pencapaian teknisnya, dua bintangnya tampil meyakinkan pula, khususnya Grace Fulton yang menjadi sorot utama kisahnya. Jelas bukan perkara mudah, bermain konsisten dengan tensi menegangkan selama itu. Satu catatan yang menjadi poin plus adalah bagaimana dua sosok perempuan yang terperangkap di menara setinggi ini merupakan metafora dari masalah yang dihadapi Becky dan Hunter di kehidupan nyata. Satu momen drama mengejutkan terungkap di atas sana. Sang sineas mampu mengemasnya dengan apik melalui konflik internal keduanya. Fall adalah satu tontonan langka yang tidak hanya mampu menghibur namun menyajikan pesan yang cukup menggugah. Selamat menonton. Bagi yang penyuka panjat tebing atau olahraga di ketinggian, 100% ini adalah filmmu.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaI Am Groot
Artikel BerikutnyaNope
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.