Fantastic Beast: The Secrets of Dumbledore adalah seri ketiga dari seri Fantastic Beast yang merupakan bagian dari semesta Harry Potter atau diistilahkan studio pembuatnya, Wizarding Worlds. Seri yang tertunda beberapa tahun ini digarap kembali oleh sineas regulernya, David Yates, yang ini tercatat adalah seri ketujuh yang disutradarainya. Film ini kembali dibintangi Jude Law, Eddie Redmayne, Dan Fogler, Ezra Miller, Collum Turner, Alison Sudol, serta menggantikan aktor kenamaan, Johnny Depp yang terkena kasus adalah Mads Mikkelsen.
Beberapa tahun setelah peristiwa The Crimes of Grindelwald, kini terkuak sudah, apa yang menjadi ambisi Grindelwald (Mikkelsen), yakni menjadi pimpinan kaum penyihir dan membawanya ke era baru. Untuk melapangkan jalannya, Grindelwald mengutus anak buahnya untuk mencari hewan mistik Qilin yang diyakini bisa melihat masa depan. Newt (Redmayne) gagal mencegah mereka, namun ia mendapati bahwa bayi Qilin tersebut ternyata kembar. Dumbledore (Law) pun membentuk tim kecil untuk mengantisipasi niat buruk Grindelwald, di dalamnya termasuk Newt dan Jacob (Fogler).
Tak mudah meringkas plotnya karena apa yang menjadi titik lemah satu seri sebelumnya (bagi kebanyakan penonton) kembali terjadi di sekuelnya ini, yakni kisah yang rumit. Jarak rilis yang terlalu lama bisa jadi yang menjadi penyebab penonton bakal kehilangan mood. Bukan salah siapa, namun di era pandemi sekarang, orang tentu lebih banyak ingin hiburan ketimbang tontonan yang berat. The Crimes of Grindelwald adalah sebuah masterpiece (baca ulasannya di sini) dan ini pun bukan film yang bisa ditonton hanya sekali untuk mampu memahaminya. Lantas, The Secret of Dumbledore apa dibuat hanya untuk fansnya saja? Kita lihat besok respon penonton (dan kritikus).
Sebagai penikmat yang mengagumi dua seri sebelumnya, saya tidak habis pikir dengan film ini. Begini masalahnya, setelah proses bangunan cerita yang sedemikian detil pada seri kedua, apakah hanya untuk momen ini cerita tersebut ditulis? Jika ya, what a waste. Saya sungguh berharap lebih. Ini tak masuk akal. Sosok Grindelwald yang jenius, masih butuh sosok hewan mistik untuk melapangkan jalannya? Melalui segmen klimaks yang antiklimaks semua terjawab sudah. Rupanya Grindelwald tidak secerdas itu. Credence yang begitu kuat dan menjadi sosok penting dalam seri sebelumnya, perannya kini hanya menjadi semacam bodyguard, begitu? Lalu sosok Tina mengapa dihilangkan dalam kisahnya? Lalu Jacob (dan Queeny), OMG, tampak sekali hanya sebagai bumbu komedi dalam kisah ini. Tidak lebih. Dan satu lagi, judulnya, “Secrets of Dumbledore” ternyata rahasianya adalah mereka sepasang “***” (ancaman spoiler). Saya penasaran, bagaimana jika Harry, Ron, Hermione tahu ini semua.
Seperti seri sebelumnya, Fantastic Beast: The Secrets of Dumbledore dipenuhi visual yang mengagumkan baik setting maupun efek visual dengan alur kisah yang rumit, tanpa banyak aksi serta selingan humor, dan kini satu lagi, cerita yang memaksa dan sulit dinalar. Mungkin ada sesuatu informasi yang terlewat ketika menonton, saya tidak tahu. Naskah adalah problem terbesar di sini. Saya tidak paham, apa yang ada dalam pikiran sang penulis (Rowlings). Jika ini hanya untuk kembali untuk membangun latar cerita sekuelnya kelak, lalu besok untuk apa lagi? Lantas mengganti Depp yang tampil karismatik sebagai sang antagonis dengan Mikkelsen juga bukan solusi yang tepat. Keindahan visual dan setting yang memesona serta sisi nostalgia serinya menjadi satu dari sedikit hal yang bisa saya nikmati dalam film ini. Tidak lebih.