Hunter Hunter (2020)
93 min|Drama, Horror, Mystery|18 Dec 2020
6.4Rating: 6.4 / 10 from 13,584 usersMetascore: 61
Joseph and his family live in the remote wilderness as fur trappers, but their tranquility is threatened when they think they are being hunted by the return of a rogue wolf, and Joseph leaves them behind to track it.

Hunter Hunter adalah film thriller yang diproduksi, ditulis, dan diarahkan oleh Shawn Linden. Film ini juga dibintangi aktor-aktor lawas, macam Devon Sava, Nick Stahl. serta Camille Sullivan dan Summer H. Howell. Film tentang tema berburu memang jarang diangkat dalam medium film. Hunter Hunter mencoba untuk mengkombinasinya dengan unsur horor dan thriller. Uniknya pula, nyaris 100% filmnya berlokasi di dalam hutan.

Joseph dan Anne bersama putri mereka, Renne, tinggal di kabin mereka di tengah hutan yang terisolir dari peradaban. Keseharian mereka adalan berburu untuk mendapatkan kulitnya. Situasi ekonomi mereka, bertambah semakin sulit ketika harga kulit binatang semakin turun. Situasi semakin memburuk ketika serigala mulai memangsa hasil tangkapan mereka. Joseph pun pergi memburu serigala tersebut.

Sejak awal, film ini memang telah memancing rasa penasaran yang sangat tinggi. Terlihat jelas bahwa konflik kisahnya bakal ada sesuatu yang sangat tak terduga. Benar saja, sejak babak kedua, alur plot semakin bertambah mengusik rasa penarasan. Apakah ini benar hanya ulah serigala atau ada sesuatu yang lain? Bagi penikmat film sejati tentu arah kisahnya sudah mulai bisa diantisipasi. Kisah terus berjalan dan harapan mendapat kejutan besar ternyata tidak menjadi kenyataan. Hanya ending-nya secara visual memang sangat mengerikan dan membuat shock. Tapi untuk apa dan mengapa ini semua terjadi? Sebuah pertanyaan yang tak akan bisa dijawab oleh karena latar kisahnya memang sudah tak jelas sejak awal.

Baca Juga  Re/Member

Hunter Hunter menampilkan kisah dan sisi misteri yang menjanjikan di awal, tidak hingga semua terkuak di paruh babak kedua. Tak dipungkiri, sang sineas secara teknis memang punya talenta dalam mengemas filmnya. Sisi sinematografi dan editing memang disajikan mengesankan. Naskah yang ia tulis pun sama sekali tak buruk, hanya saja, banyak pertanyaan masih tak terjawab. Mengapa Josep dan Anne memutuskan tinggal di tengah hutan yang jelas bukan habitat mereka, terlebih putrinya? Apa yang mereka pikirkan? Bicara metafora, jika jeli dari judulnya sudah terlihat gamblang. Alam jelas bukan penyebab masalah, namun adalah manusianya. Film ini mencoba menggambarkan bagaimana manusia bisa berpolah lebih buruk dari binatang. Hanya ini saja dan tak ada solusi dalam kisahnya. Sudah terlalu banyak film berpesan sama yang jauh lebih superior dari ini.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaNona
Artikel BerikutnyaMore Than Family
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.