News of the World (2020)
118 min|Action, Adventure, Drama|25 Dec 2020
6.8Rating: 6.8 / 10 from 93,599 usersMetascore: 73
A Civil War veteran agrees to deliver a girl taken by the Kiowa people years ago to her aunt and uncle against her will. They travel hundreds of miles and face grave dangers as they search for a place that either can call home.

News of the World merupakan film petualangan- western yang diarahkan oleh sineas kawakan Paul Greengrass. Sang sineas kita kenal melalui film-filmnya yang sukses secara kritik dan komersial, yakni United 93, seri Jason Bourne, hingga Captain Phillips. Kini, ia berkolaborasi kembali bersama aktor Tom Hanks, dengan didampingi aktris belia Helena Zengel. Film berbujet USD 30 juta ini diproduksi oleh Warner Bros. dan didistribusikan secara internasional melalui Netflix. So, apakah film ini bakal melenggang ke ajang Academy Awards seperti halnya Captain Phillips?

Filmnya ber-setting cerita pasca era perang sipil di Amerika yang dimenangkan oleh pihak utara (The Union). Kapten Kidd (Hanks) adalah mantan prajurit konfederasi (selatan) yang kini berpetualang dari satu kota ke kota lainnya untuk tampil di panggung membacakan surat kabar terbaru dengan imbalan satu koin receh dari tiap penonton. Dalam satu perjalanan, Kidd bertemu dengan seorang anak perempuan berkulit putih, Johanna, yang sejak kecil rupanya diasuh oleh suku Indian Kiowa. Kidd lalu membawa Johanna ke otoritas, namun tidak hingga beberapa bulan petugas berwenang bisa menangani kasus ini. Akhirnya Kidd rela mengantarkan sang bocah ke keluarga aslinya melalui perjalanan yang penuh bahaya dan rintangan di alam barat yang liar.

Premisnya memang unik walau dikemas dalam satu kisah perjalanan yang sudah umum di genrenya. Seperti halnya kisah “roadmovies” kebanyakan, chemistry antar tokohnya terjalin secara sabar sejalan dengan pengembangan kisahnya yang semakin menguatkan ikatan mereka. Tak ada kejutan istimewa dalam proses kisahnya dengan ending yang tak sulit ditebak oleh penikmat film sejati. Kisahnya yang sederhana dan konvensional, tertolong oleh penampilan dominan kedua tokohnya. Hanks dan Zengel mampu menjalin chemistry yang demikian menarik, sekali pun di awal cerita, tanpa banyak menggunakan dialog. Ending-nya pun cukup menyentuh sekalipun tidak lagi mengejutkan.

Baca Juga  Sully

Dari gaya estetik sang sineas, ada satu hal yang jauh di luar kebiasaan. Greengrass yang biasa menggunakan teknik handheld camera (shaky cam) dalam nyaris semua filmnya, kali ini secara mengejutkan menggunakan teknik kamera yang lebih konvensional, senada dengan kisahnya. Di bawah kendali tangan emas, sinematografer kawakan Darius Wolsky, semua komposisi gambar dalam filmnya begitu terukur dan rapi. Jarang sekali dalam film-film karya Greengrass, kita bisa menikmati panorama yang demikian nyaman seperti ini. Setting kota yang “gelap dan kumuh” juga disajikan dengan sangat meyakinkan mewakili sensasi nuansa barat yang suram dan  liar.

Dengan penggunaan gaya estetik di luar kebiasaan sang sineas, News of the World adalah “road-movies” ber-setting western dengan premis segar, hanya saja penampilan dua bintang utamanya lebih dominan ketimbang kisahnya sendiri yang konvensional. Film ini jauh dari kata buruk, namun jelas sulit menandingi pencapaian Captain Phillips. Dari sisi akting pun, Hanks tak tampil seistimewa sebelumnya. Film ini juga menyisipkan nuansa politik yang kental, pertikaian antara pihak utara (Republik) dan selatan (Demokrat), yang hingga kini masih terasa gaungnya. Sekali pun, kisah film ini berusaha netral dan tidak memihak keduanya.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaBlack Box
Artikel BerikutnyaOutside the Wire
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.