Free Guy (2021)
115 min|Action, Adventure, Comedy|13 Aug 2021
7.1Rating: 7.1 / 10 from 440,854 usersMetascore: 62
When Guy, a bank teller, learns that he is a non-player character in a bloodthirsty, open-world video game, he goes on to become the hero of the story and takes the responsibility of saving the world.

Free Guy adalah film aksi fiksi ilmiah arahan Shawn Levy yang kita kenal dengan seri Night at the Museum. Film ini dibintangi aktor papan atas, Ryan Reynolds, Jodie Comer, Lil Rel Howery, serta sineas kawakan,Taika Waititi. Film berbujet lebih dari USD 100 juta ini seharusnya rilis tahun lalu dan baru dirilis bulan Agustus lalu. Film bertema video game memang sudah tak lagi baru, apa kini yang coba ditawarkan Free Guy?

Guy (Reynolds) adalah seorang pria biasa yang hidup dengan rutinitas hariannya sebagai seorang pegawai bank di kota bernama Free City. Aksi kriminal adalah hal biasa di kota ini dan warganya pun seolah sudah hidup berdampingan dengan kekerasan senjata. Suatu ketika, Guy merasa ada yang aneh dengan dirinya dan dunia di sekitarnya sejak ia bertemu dengan gadis cantik misterius bernama Millie aka Molotov Girl. Free City ternyata adalah sebuah video game online dan Guy adalah sebuah anomali atau glicth.

Dari ringkasan cerita di atas, aroma The Matrix sudah tercium kental. Memang beberapa ada kesamaan cerita, namun film ini juga mirip konsepnya dengan beberapa film video game lain, sebut saja Ready Player One hingga Tron Legacy. Satu hal yang membedakan hanyalah sang protagonis adalah digital alias tidak eksis. Inti cerita juga ternyata tidak mengarah ke sesuatu yang lebih dalam atau tema eksistensialisme layaknya The Matrix. Dengan segala kerumitannya, film ini hanyalah sebuah kisah cinta yang manis dan sederhana.

Baca Juga  Jumanji: The Next Level

Premis menarik dengan dominasi efek visual, Free Guy mendapat komparasi hebat dari film sejenis yang lebih superior. Film ini memang tidak hingar bingar seperti Ready Player One, namun sisi komedinya lebih dari cukup untuk menghibur kita. Film ini memang bisa mengarah ke satu tema yang lebih dalam, namun realitanya tidak. Setidaknya, film ini mencoba mengajarkan pada kita untuk tidak terjebak pada mimpi/fantasi namun kenyataan. Guy yang seorang Non Player Character (NPC) saja ingin bebas, mengapa kita tidak?

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaShang-Chi and the Legend of the Ten Rings
Artikel BerikutnyaSarat Nilai Filosofis, Pemenang FFWI Dianugerahi Piala Gunungan
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.