Rumah produksi Dee Company & Blue Water Films merilis film horor Ghibah yang tayang perdana di Disney+ Hotstar. Film ini disutradarai Monty Tiwa yang tercatat beberapa kali mengarahkan genre serupa, yakni Pocong 3 (2007), Keramat (2009), hingga Pocong The Origin (2019). Naskahnya ditulis oleh Riza Pahlevi dan Vidya Ariestya yang merupakan pembuat film horor pendek Makmum yang sempat viral dan dibuat versi panjangnya. Film ini diperankan oleh  Anggika Bölsterli, Verrell Bramasta, Zsa Zsa Utari, Arafah Rianti, Opie Kumis, Adila Fitri, Josephine Firmstone, serta Asri Welas.

Film ini bercerita tentang sekelompok mahasiswa pengelola majalah kampus yang menghadapi situasi yang tak biasa. Suatu ketika Yola ditugaskan untuk meliput kegiatan Idul Adha, namun mendadak ia sakit yang digantikan rekannya, Firly. Tanpa sengaja, Firly melihat Yola memposting foto tak semestinya di medsosnya yang membuatnya marah. Firly pun menuduh Yola macam-macam sehingga ia melakukan ghibah. Sejak saat itu, ia mengalami hal-hal yang aneh.

Film ini mengambil tema tak biasa, yakni tentang ghibah dengan pendekatan horor. Pesan moralnya adalah agar seseorang tak bergunjing atau ber-ghibah. Apakah ini tersampaikan dengan baik? Rasanya tidak. Selain menggurui penonton, film ini tak mampu menyajikannya dalam sebuah plot yang menarik untuk diikuti.

Film ini memiliki banyak lubang plot dan hubungan kausalitasnya yang renggang sehingga motivasi cerita terasa lemah. Bagaimana mereka bisa terjebak dalam situasi teror tersebut? Mengapa harus mereka? Tak ada penjelasan dan motivasi yang kuat. Penonton sulit untuk masuk menikmati walaupun sineas mampu mengemas adegan horornya demikian mapan. Latar belakang yang lemah ini juga membuat filmnya terasa sangat datar. Pengembangan cerita yang seharusnya menegangkan pun menjadi sangat biasa.

Baca Juga  Akhir Kisah Cinta Si Doel

Dialognya pun tak berkelas, ditambah pengadeganan yang terasa ala kadarnya. Aktor dan aktris utamanya terlihat berakting begitu kaku. Beberapa komedian kawakan, seperti Opie Kumis, Asri Welas, Zsa Zsa Utari, Arafah Rianti, nyatanya juga tak mampu mengangkat filmnya. Sayang, sineas yang telah membuat film horor bagus macam Pocong The Origin yang mengkombinasi genre horor dan road-movie, kini tak mampu mengulang prestasinya.

Secara teknis, Ghibah sudah terlihat mapan. Penggambaran suasana dan tone horornya pun juga sangat menarik, khususnya melalui trik memanipulasi ruang dan waktu. Film ini juga mampu membangun nuansa horor dan menampilkan jumpscare pada beberapa momen. Baik setting, pengambilan gambar, tata cahaya, efek suara, hingga musik pun telah mampu membangun nuansa horor dengan baik. Namun tanpa landasan cerita yang kuat, sebaik-baik teknisnya, rasanya tetap hambar.

 

PENILAIAN KAMI
Overall
50 %
Artikel SebelumnyaResort to Love
Artikel BerikutnyaJungle Cruise
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.