Ghosts of War (2020)
94 min|Fantasy, Horror, Thriller|17 Jul 2020
5.6Rating: 5.6 / 10 from 11,635 usersMetascore: 38
Five American soldiers assigned to hold a French Chateau near the end of World War II. This unexpected respite quickly descends into madness when they encounter a supernatural enemy more terrifying than anything seen on the battle...

Setting perang memang sangat jarang dikembangkan oleh para pembuat film, selain untuk genre biografi, aksi, serta beberapa film superhero populer belakangan. Overlord (2018) mencoba sesuatu yang baru dengan mengkombinasinya dengan horor dan fiksi ilmiah. Ghosts of War kini mencoba mengeksplorasi dengan caranya yang segar, namun sayangnya sedikit berlebihan.

Ghosts of War adalah film perang-horor arahan Eric Bress yang kita kenal melalui film unik Butterfly Effect serta menulis naskah seri Final Destination. Film ini dibintangi oleh beberapa aktor muda yang kita kenal di serial televisi, seperti Brenton Thwaites, Theo Rossi, Kyle Garner, Alan Ritchson, serta Skylar Astin. Walau bukan diproduksi studio besar, namun pencapaian sisi teknis filmnya terbilang sangat lumayan, khususnya setting.

Pada masa Perang Dunia II, lima orang tentara AS mendapat misi untuk mendiami sebuah rumah besar di sebuah kota kecil di Perancis, yang dulu pernah diduduki pihak Nazi. Konon para penghuni rumah tersebut dibunuh secara sadis oleh tentara Jerman. Kejadian aneh pun terjadi, sesaat setelah mereka bermalam di sana. Entiti tak kasat mata secara perlahan mulai menganggu kelima prajurit tersebut yang menguji kewarasan mereka.

Amat menarik. Premisnya sungguh menjanjikan sebuah kisah yang segar karena lazimnya adalah sebuah keluarga yang berada di posisi para tentara tersebut. Para tentara yang terlatih dan bersenjata lengkap tentu membuat situasinya menjadi serba berbeda. Setting rumah besar yang luar biasa, baik sisi eksterior dan interior, sama bagusnya mendukung atmosfir horor filmnya. Ekspektasi mulai semakin menguat sepanjang perkembangan cerita yang memang mengusik rasa penasaran. Jump scare menjadi andalan utama sepanjang filmnya. Sekalipun tak lagi anyar, namun atmosfir cerita yang berbeda membuat segalanya menjadi terasa segar. Tidak hingga titik balik cerita kedua (3/4 durasi) mengubah 180° kisahnya. Apakah mengejutkan twist-nya? Tidak juga, kita pernah melihat ini sebelumnya (menyebut judul film = spoiler) dan ini justru merusak cerita yang telah dibangun apik sejak awal. Apa untungnya bersusah payah melakukan uji coba macam itu? Menyelamatkan dunia pun tidak.

Baca Juga  The Half of It

Dengan kombinasi genre dan premis yang segar, The Ghosts of War memiliki segalanya untuk bisa menjadi sesuatu yang lebih, namun inovasi berlebihan justru menghancurkan kisahnya. Kombinasi kisah dan genrenya masih bisa dieksplorasi jauh lebih baik dari ini. What a waste. Semoga masih ada pembuat film yang mau melirik ke arah ini di masa mendatang.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaPalm Springs
Artikel BerikutnyaMudik
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.