Subgenre “serangan hiu” rupanya kini semakin diminati pembuat film. Tercatat sejak satu dekade lalu, tiada tahun tanpa film subgenre shark attack ini atau diistilahkan sharkploitation. Sekalipun film klasik Jaws (1975) sulit ditandingi, namun beberapa film terbukti mampu memberikan sisi thriller dan hiburan yang seimbang, macam The Meg, Deep Blue Sea, The Shallow, Open Water, hingga film indie cult ikonik, Sharknado. Great White, film produksi Australia ini digarap sineas lokal, Martin Wilson. Film ini dibintangi nama-nama yang belum banyak dikenal, yakni Katrina Bowden, Aaron Jakubenko, dan Tim Kano. Tak banyak ekspektasi sebelum menonton, tapi siapa tahu?
Kaz dan Charlie adalah sepasang kekasih yang kini mengelola tur perjalanan udara di perairan yang terkenal dengan obyek wisatanya, Hell’s Reef. Suatu ketika, mereka direkrut dua wisatawan kaya asal Jepang, Joji dan Michelle. Sesampainya di lokasi, tanpa sengaja mereka menemukan satu korban tewas serangan ikan hiu. Mereka mencoba mencari perahu milik sang korban, dan tanpa diduga pesawat mereka mendadak diserang oleh seekor hiu hingga tenggelam. Tak hanya mereka harus mengarungi ratusan mil untuk pulang, namun mereka harus bertahan hidup dari serangan hiu putih raksasa yang menguntit mereka.
Seperti sudah diduga, tak banyak ekspektasi terhadap film ini. Plotnya terlalu mudah untuk diantisipasi, tak banyak elemen kejutan, dan bahkan kamu bisa menduga-duga, siapa korban berikutnya dan siapa yang selamat. Dengan setting yang luar biasa indah, alur kisahnya terhitung membosankan dan tidak memiliki ketegangan yang cukup untuk bisa memicu adrenalin penonton. Tampak sekali beberapa konflik terlalu dipaksakan dan aksinya pun terasa monoton. Dialog pun terlalu datar dan tidak mampu mengangkat sisi dramatik di momen-momen penting. Sebagai bandingan, The Shallow yang hanya memiliki satu tokoh dan setting yang sama mampu memberikan sisi ketegangan yang luar biasa.
Great White tidak menambah apapun untuk genrenya selain panorama setting-nya yang memukau. Dengan film subgenrenya yang masih terbatas, masih dimungkinkan film yang jauh lebih baik dengan segala potensi dan elemennya. Lokasi produksi di wilayah perairan dan di bawah air memang bukan perkara mudah karena ada keterbatasan ruang gerak teknis. Namun, tentu ini menjadi tantangan besar bagi para pembuat film. Masih kita nantikan film pesaing Jaws. Setidaknya, jika subgenre ini nyatanya terus diproduksi tiap tahun berarti ada segmen penonton yang selalu menanti.