Happening adalah film drama historis yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Annie Ernaux. Film arahan Audrey Diwan ini dibintangi aktris muda berbakat kelahiran Perancis Rumania, Anamaria Vartolomei. Film ini meraih penghargaan tertinggi di ajang 78th Venice International Film Festival pada bulan September tahun lalu. Film ini akhirnya dirilis oleh platform Amazon Prime pada tanggal 21 Juni lalu. Dengan menyajikan tema perempuan dan aborsi, yang sudah bukan hal baru di medium film, seberapa baguskah kualitas film ini?

Kisah film ini berlatar di Perancis pada era 1963, di mana tindak aborsi merupakan pelanggaran berat. Anne (Vartolomei) adalah seorang siswa yang cerdas dengan masa depan cerah. Namun, aksi cerobohnya pada suatu malam berbuah janin yang tidak ia kehendaki. Anne berusaha untuk menutupi kehamilannya dan berupaya keras untuk menggugurkan kandungannya. Usaha demi usaha dilakukannya sendirian dengan berbagai cara, namun selalu gagal.

Jika ada yang pernah menonton film produksi Rumania 4 Months 3 Weeks 2 Days (2007), kisahnya memang senada, walau ceritanya berlatar tahun 1987 di masa-masa akhir komunisme berkuasa di Rumania. Bedanya, jelas adalah faktor estetik. 4 Months dominan menggunakan teknik long take dengan kombinasi intensitas thriller yang luar biasa menegangkan. Sementara Happening mengandalkan naskah, aspek rasio sempit (4:3) serta penampilan memukau dari sang bintang. 4 Months memang tampak lebih superior melalui atmosfir thriller dan kemasan estetiknya, namun Happening juga bukan film biasa.

Satu kekuatan kisahnya terlihat dari temanya, di mana tampak sekali sosok Anne mewakili perempuan muda Perancis pada masa tersebut yang tertekan dengan hukum anti aborsi. Sang sineas tidak secara gamblang lantas menghakimi perempuan atau hukum tersebut begitu saja. Sikapnya tampak dari proses kisahnya yang bergulir bak film horor di mana sosok Anne mendapat tekanan lahir dan batin luar biasa menerima konsekuensi dari perbuatannya sendiri. Sepanjang film kita diperlihatkan bagaimana sang janin bak sosok antagonis berusaha melawan sang ibu yang berusaha memutus hidupnya. Adegan tak mengenakkan beberapa kali disajikan secara gamblang yang bisa jadi bakal membuat mata kita berpaling dari layar kaca.

Baca Juga  The Commuter

Sang bintang muda, Anamaria Vartolomei bermain luar biasa dengan ekspresinya yang penuh tekanan sepanjang film. Tekanan dari hukum, lingkungan kampus, sahabatnya, serta dirinya sendiri yang membuatnya sendirian menghadapi semua, mampu diperagakan sempurna oleh sang bintang. Rasa kasihan dan kesal seringkali bercampur melihat polah Anne. Sisi drama, thriller, bahkan hingga horor bergantian membuat mood penonton pun bisa terbawa suasana emosi. Sang sineas berhasil membuat kita dalam situasi tidak nyaman, persis seperti apa yang dirasakan Anne.

Intens dan satu tontonan yang tak menyenangkan, Happening menawarkan tema aborsi yang dikemas secara mengesankan dengan dukungan kuat penampilan solo sang aktris utamanya. Walau secara teknis tidak se-ekstrem 4 Months 3 Weeks 2 Days, namun sang sineas melalui sentuhannya berhasil membuat “jera” Anne dan juga kita sebagai penonton. Walau tema ini sudah terasa “usang”, tapi polemik aborsi masih relevan hingga kini. Ini bukan masalah benar dan salah, dosa atau tidak, tapi film ini bicara soal konsekuensi. Berpikir dulu sebelum bertindak, dan jika sesuatu terjadi, terima konsekuensinya. Sesederhana itu saja.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaIvanna
Artikel BerikutnyaKambodja
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.