I am Groot

Untuk pertama kalinya, Marvel Cinematic Universe (MCU), membuat seri animasi 3D pendek yang mengetengahkan sosok Baby Groot. Walau I Am Groot tidak punya narasi besar dengan semesta sinematiknya, namun latar plotnya terjadi di antara peristiwa Guardian of the Galaxy (2014) dan Guardian of the Galaxy Vol.2 (2017). Seri pendek rilisan Disney+ ini diarahkan oleh Kirsten Lapore, di mana Marvel Studios berkolaborasi dengan studio visual efek, Luma Pictures. Sang produser, Kevin Feige masih duduk menjadi salah satu produsernya, termasuk pula James Gunn, sineas seri Guardian of the Galaxy.

Tak banyak alur plot yang dikisahkan seri pendek berdurasi rata-rata 3-4 menit ini. Semua serinya berisi polah sang protagonis dalam satu petualangan kecil di antara peristiwa-peristiwa besar dalam plot dua film di atas. Dalam tiap serinya, Baby Groot memiliki lawan “antagonis”-nya sendiri yang semata hanya selipan plot kecil yang tidak berarti apa pun. Seperti dalam episode pertama menyajikan rivalitas sang bayi dengan pohon mini bonsai yang menghiasi kamarnya. Lalu bagaimana keisengannya berendam dalam lumpur yang menganggu tidur seekor burung. Semua hanyalah kepingan-kepingan kecil yang menunjukkan pencapaian visual yang amat mengagumkan. Tidak lebih.

Serangkaian petualangan pendek komedik sosok Groot, I Am Groot semata hanyalah seri pertunjukan visual yang memukau. Entah apa strategi MCU, memasukkan seri pendek ini menjadi bagian dari fase keempat. Apapun itu, Marvel Studios memiliki sumber daya (bujet) yang tak terkira saat ini untuk berbuat apa saja yang mereka mau. Entah ini hanya iseng atau sekadar pemanasan untuk membuat seri film animasi yang lebih besar, kita tunggu saja. Menurut berita, lima episode lagi tengah dalam pengerjaan, semoga durasinya lebih panjang sedikit dengan narasi yang lebih kompleks.

Baca Juga  The Platform

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaSecret Headquarters
Artikel BerikutnyaFall
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.