Jolt merupakan film crime-aksi thriller garapan Tanya Wexler yang dirilis oleh platform Amazon Prime Video. Film ini dibintangi oleh aktor-aktris kondang, Kate Beckinsale, Stanley Tucci, Bobby Cannavale, Jay Courtney, serta Susan Sarandon. Bisa bayangkan jika sosok John Wick dan tokoh utama Crank (Jason Statham) menjadi satu, hasilnya adalah Jolt.

Lindy (Beckinsale) sejak kecil memiliki gangguan kejiwaan dan mental, yakni tidak mampu meredam rasa marahnya. Ia bisa melukai siapa pun hanya gara-gara masalah sepele. Ini membuatnya bermasalah dengan banyak pihak selama ini, termasuk masuk militer yang ternyata tak mampu mengendalikan emosi sang gadis. Seribu cara dilakukan Lindy, namun hasilnya nol. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan psikiater, Dr. Munchin (Tucci) yang mewakili cara non-konvensional untuk meredam emosi sang gadis. Suatu ketika, Lindy bertemu dengan sosok pria berbeda yang tidak takut dengan dirinya. Ketika tiba-tiba sang idola tewas terbunuh, dengan cara dan gayanya yang ekstrem, Lindy mencoba mencari siapa pembunuh calon kekasihnya.

Ho ho ho, siapa sangka sang aktris mampu memerankan sosok yang demikian enerjik. Soal aksi laga, Kate jelas tidak asing melalui seri Underworld, namun karakter yang diperankannya kini berbanding terbalik 180°. Lindy adalah sosok yang tidak bisa diam, jauh dari kalem, tak ada rasa takut, dan yang ada dalam dirinya hanya emosi bak api membara setiap saat. Seperti sudah saya sebut di atas, Lindy adalah kombinasi John Wick dan Crank, hasilnya adalah cewek edan yang tak takut mati. Jika di semesta DC, rasanya Lindy bisa bergabung dengan klub Suicide Squad. Dengan membabi buta, Lindy menghabisi siapa saja yang menghalangi jalannya.

Baca Juga  Run Sweetheart Run

Ringkasan plotnya sudah memperlihatkan aksi yang nonstop. Sejak awal hingga akhir, kita memang disuguhi aksi kebut-kebutan dan perkelahian brutal nyaris tanpa jeda. Sosok Lindy sendiri memang tak bisa diam sepanjang film, ia terus bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain. Kejutan di akhir, rasanya bukan lagi kejutan bagi penikmat film sejati. Satu hal yang mengasyikkan adalah prosesnya bukan hasil akhir. Kita hanya semata melihat, bagaimana Lindy menyelesaikan satu persatu masalahnya dengan gayanya yang khas. Dengan selipan humornya, baik dialog maupun aksinya, makin melengkapi filmnya yang memang sangat menghibur.

Seperti titelnya, Jolt menyajikan aksi thriller unik menyentak dengan penampilan eksplosif sang bintang. Premisnya bisa jadi konyol, mana ada orang “waras” segila dan senekat ini, namun harus diakui penampilan sang bintang memang sungguh menggemaskan. Ada momen di mana film ini bisa bergerak ke arah berbeda dengan mengeksplorasi trauma Lindy tapi nyatanya tidak. Jolt hanyalah satu tontonan hiburan menyenangkan, terlebih bagi fans genrenya. Ending-nya mengisyaratkan sebuah sekuel, dan plot film ini sudah terlihat disiapkan untuk itu, dan saya yakin tak bakalan ada yang keberatan dengan ini.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaBlood Red Sky
Artikel BerikutnyaI
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.