Setelah seri Happy Death Day, formula loop plot (plot berulang) jarang lagi digunakan dalam film populer. Kini, Love Wedding Repeat mencoba menggunakan formula ini dengan cara yang sedikit berbeda. Film ini diarahkan oleh sineas debutan asal Inggris Dean Craig, yang sebelumnya banyak menulis serial televisi. Love Wedding Repeat dibintangi beberapa pemain Inggris, seperti Sam Claffin, Eleanor Tomlinson, Joel Fry, serta beberapa bintang ternama, seperti Olivia Munn dan Freida Pinto.
Alur kisahnya mengambil satu momen saja, yakni pernikahan Hayley (Tomlinson) di Roma yang didampingi kakaknya, Jack (Claffin), sang pendamping Bryan (Fry), serta dihadiri mantan Jack, Amanda (Pinto), serta gadis taksiran Jack, Dina (Munn). Kehadiran Amanda dan Dina yang diundang sang adik membuat situasi tak diduga oleh Jack, belum lagi kehadiran tamu tak diundang, Marc yang mencintai Hayley sejak kecil, membuat segala situasi pernikahan menjadi kacau.
Oke, kita bicara formula loop plot-nya terlebih dulu. Formula ini dipopulerkan oleh film komedi romantis Groundhog Day yang selanjutnya diikuti beberapa film yang menggunakan formula sama dengan motif yang beragam. Formula ini lazimnya digunakan dalam cerita untuk motif/alasan yang kuat, misal adanya campur tangan “Tuhan” (Groundhog Day), teknologi canggih (Happy Death Day 2), atau bisa saja kemampuan untuk memutar waktu seperti yang dilakukan Doctor Strange atau alien induk dalam Edge of Tomorrow.
Dalam Love Wedding Repeat, motifnya boleh dikatakan adalah penulis naskahnya sendiri. Tujuannya ingin menyampaikan pesan tentang bagaimana satu kesempatan kecil bisa merubah segalanya. Semua karakternya boleh dibilang hanya bertindak sebagai pion. Narator (Voice of God) mendampingi sepanjang cerita, khususnya dalam satu momen, “siapa sosok yang meminum obat tidur di meja makan”. Jadi, kisah film ini hanyalah variasi alternatif cerita berdasarkan momen tersebut. Ada 8 orang di meja tersebut jadi ada 8 alternatif cerita. Uniknya, film ini hanya menyajikan 2 alternatif cerita utuh, yakni yang terburuk dan terbaik. Enam sisanya, menggunakan montage yang disajikan mengesankan. Untuk penggunaan formula loop plot, tentunya ini adalah sebuah pencapaian yang segar.
Satu hal paling mengganjal adalah kisahnya yang kadang aksinya berlebihan dan sangat memaksa. Bukankah wajar jika dalam komedi, aksinya berlebihan atau logika sedikit longgar? Ya benar, namun dalam film ini seringkali aksi dan polah karakternya sama sekali di luar nalar. Satu poin besar yang menjadi masalah adalah penggunaan obat tidur. Ini amat absurd! Jack dan Hayley tinggal meminta sekuriti mengusir orang tersebut jelas selesai sudah. Apa yang mau diharapkan dengan memberi obat tidur di situasi pesta formal macam itu? Ini bukan pesta anak muda, bung. Semua pergerakan alternatif cerita, berawal dari momen ini. Tidak adakah cara lain yang lebih elegan untuk melakukan ini?
Love Wedding Repeat boleh dibilang segar formula loop plot-nya, hanya saja dikecewakan naskah yang lemah serta sisi komedi yang kadang berlebihan. Jika mau dibandingkan film lain yang menggunakan formula loop plot, rasanya film ini adalah salah satu yang terburuk. Pesan yang besar, namun jika tak didukung oleh eksekusi ide dan konsep yang bagus pula maka semua tak akan maksimal. Hanya satu blunder kecil, melemahkan filmnya. Menggelikan, melihat bagaimana pembuat film mengabaikan pesan filmnya sendiri. Terlepas dari formula dan kelemahan di atas, Love Wedding Repeat adalah film komedi romantis yang menghibur dengan tokoh-tokohnya yang unik. Ideal untuk tontonan di masa-masa seperti sekarang.