Minions: The Rise of Gru (2022)
87 min|Animation, Adventure, Comedy|01 Jul 2022
6.5Rating: 6.5 / 10 from 92,044 usersMetascore: 56
The untold story of one twelve-year-old's dream to become the world's greatest supervillain.

Minions: The Rise of Gru adalah sekuel dari Minions (2015) yang pada rilisnya sukses luar biasa meraih USD 1.15 milyar. The Rise of Gru tercatat adalah seri kelima dari franchise Despicable Me yang kini diarahkan solo oleh Kyle Balda. Sementara mantan rekannya, Pierre Coffin lebih fokus untuk mengisi suara para Minions seperti sebelumnya. Pengisi suara utama, masih diisi regulernya, yakni Steve Carrell, Julie Andrews, dan Russel Brand, serta ditambah beberapa bintang kenamaan, Michelle Yeoh, RZA, Jean-Claude Van Damme, Lucy Lawless, Dolph Lundgren, Danny Trejo dan Alan Arkin. Apa yang ditawarkan seri spin-off keduanya ini? Apa lagi kalo bukan polah konyol para Minions.

Setelah peristiwa di akhir seri pertamanya, Gru cilik (Steve Carrell) kini tinggal bersama para Minions. Ia berambisi untuk menjadi penjahat nomor satu seperti idolanya, Wild Knuckles (Arkin). Untuk itu, ia mencoba bergabung menjadi anggota Vicious 6, yang ditolak mereka mentah-mentah. Gru pun dengan sengaja mengambil kalung sakti milik mereka untuk bisa menarik perhatian. Gru sontak menjadi buruan Vicious 6 dan Minions yang bermaksud membantunya justru membuat situasi bertambah runyam.

Jika kamu belum bosan menikmati polah para Minions, ini adalah film yang tepat untukmu. Setelah empat film dan belasan film pendeknya, ikon sinema baru ini begitu mudahnya mengambil hati para fansnya. Dengan gaya mereka yang khas, polah konyol dan dialog ‘sembarang’ dengan mencampuradukkan banyak bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, humornya dengan mudahnya ditangkap siapa pun karena sifatnya universal. Jika kita sebelumnya sudah akrab dengan Kevin, Bob, dan Stuart, kini satu sosok lagi, Otto turut meramaikan suasana. Hanya saja, karena gaya humornya sudah terantisipasi, kita seperti sudah tak kaget dengan polah mereka yang seringkali absurd. Plot utamanya (Gru) justru terasa tak menarik karena perhatian kita hanya tertuju para Minions. Mau bagaimana lagi?

Baca Juga  Ferdinand

Minions: The Rise of Gru menyajikan apa yang dijanjikan judulnya, polah dan kekonyolan para Minions, tak lebih. Satu hal sepele yang sudah hilang dari seri ini adalah pesan filmnya. Seri pertama, Despicable Me (2010) mampu dengan brilian memadukan antara kisah yang menghibur dengan kedalaman pesannya. Sejak seri kedua, franchise ini berubah menjadi murni hiburan semata. Karakter para Minions ibarat sosok Punakawan di mitos pewayangan Jawa, yang sebenarnya bisa dieksplorasi lebih dalam. Di balik semua kekonyolan itu pasti ada sesuatu yang mulia dibaliknya. Semoga saja sekuel ketiganya, Despicable Me 4 (2024) bisa menjawab ini.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaElvis
Artikel BerikutnyaRanah 3 Warna
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.