Minions: The Rise of Gru adalah sekuel dari Minions (2015) yang pada rilisnya sukses luar biasa meraih USD 1.15 milyar. The Rise of Gru tercatat adalah seri kelima dari franchise Despicable Me yang kini diarahkan solo oleh Kyle Balda. Sementara mantan rekannya, Pierre Coffin lebih fokus untuk mengisi suara para Minions seperti sebelumnya. Pengisi suara utama, masih diisi regulernya, yakni Steve Carrell, Julie Andrews, dan Russel Brand, serta ditambah beberapa bintang kenamaan, Michelle Yeoh, RZA, Jean-Claude Van Damme, Lucy Lawless, Dolph Lundgren, Danny Trejo dan Alan Arkin. Apa yang ditawarkan seri spin-off keduanya ini? Apa lagi kalo bukan polah konyol para Minions.
Setelah peristiwa di akhir seri pertamanya, Gru cilik (Steve Carrell) kini tinggal bersama para Minions. Ia berambisi untuk menjadi penjahat nomor satu seperti idolanya, Wild Knuckles (Arkin). Untuk itu, ia mencoba bergabung menjadi anggota Vicious 6, yang ditolak mereka mentah-mentah. Gru pun dengan sengaja mengambil kalung sakti milik mereka untuk bisa menarik perhatian. Gru sontak menjadi buruan Vicious 6 dan Minions yang bermaksud membantunya justru membuat situasi bertambah runyam.
Jika kamu belum bosan menikmati polah para Minions, ini adalah film yang tepat untukmu. Setelah empat film dan belasan film pendeknya, ikon sinema baru ini begitu mudahnya mengambil hati para fansnya. Dengan gaya mereka yang khas, polah konyol dan dialog ‘sembarang’ dengan mencampuradukkan banyak bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, humornya dengan mudahnya ditangkap siapa pun karena sifatnya universal. Jika kita sebelumnya sudah akrab dengan Kevin, Bob, dan Stuart, kini satu sosok lagi, Otto turut meramaikan suasana. Hanya saja, karena gaya humornya sudah terantisipasi, kita seperti sudah tak kaget dengan polah mereka yang seringkali absurd. Plot utamanya (Gru) justru terasa tak menarik karena perhatian kita hanya tertuju para Minions. Mau bagaimana lagi?
Minions: The Rise of Gru menyajikan apa yang dijanjikan judulnya, polah dan kekonyolan para Minions, tak lebih. Satu hal sepele yang sudah hilang dari seri ini adalah pesan filmnya. Seri pertama, Despicable Me (2010) mampu dengan brilian memadukan antara kisah yang menghibur dengan kedalaman pesannya. Sejak seri kedua, franchise ini berubah menjadi murni hiburan semata. Karakter para Minions ibarat sosok Punakawan di mitos pewayangan Jawa, yang sebenarnya bisa dieksplorasi lebih dalam. Di balik semua kekonyolan itu pasti ada sesuatu yang mulia dibaliknya. Semoga saja sekuel ketiganya, Despicable Me 4 (2024) bisa menjawab ini.