Mortal Kombat Legends: Scorpion's Revenge (2020)
80 min|Animation, Action, Adventure|12 Apr 2020
7.4Rating: 7.4 / 10 from 19,148 usersMetascore: N/A
Hanzo Hasashi loses his family during an attack by a rival clan the Lin Kuei. He is given the chance to compete in an inter-dimensional tournament to save his loved ones while other fighters try to save the Earth realm from annihi...

Game populer Mortal Kombat hingga kini tak ada matinya. Walau bukan game permainan favorit saya ketika semasa kuliah, Mortal Kombat (1992), tapi karakter-karakter dan eksekusi akhirnya memang unik dibandingkan game fighting lainnya. Brutal! Filmnya pun sudah dibuat hingga sekuelnya, yakni Mortal Kombat (1995) dan Mortal Kombat: Annihilation (1997). Dua-duanya bukan tergolong film bagus, namun visualisasi karakternya terbilang lumayan. Aksi brutal di-game jauh dari harapan. Harus diakui, memang sulit pada masa ini untuk membuat aksi perkelahian dengan sosok mistik macam Rayden atau Goro yang penuh CGI.

Kini, Warner Bros. sebagai pemegang hak cipta seri ini tengah dalam proses produksi filmnya yang kabarnya rilis tahun depan, dan aktor kita, Joe Taslim bermain sebagai karakter ikonik Sub-Zero. Film animasi panjang Mortal Kombat Legends: Scorpion’s Revenge ini, konon masih terhubung dengan film reboot-nya tersebut. Film animasinya sama sekali bukan film yang buruk. Di awal, saya sudah tertawa melihat Daffy Duck yang muncul di opening logo WB, mendadak Scorpion muncul dari balik logo dan menariknya masuk.

Seperti titelnya, film ini mengedepankan sosok Scorpion (maskot game ini) sebagai karakter utamanya. Mengisahkan bagaimana latar sosok ikonik ini bisa menjadi sosok mistik yang brutal dan dingin seperti sekarang. Scorpion mengikuti turnamen Mortal Kombat bertujuan untuk membalaskan dendam kematian keluarganya pada Sub-Zero. Sementara sang dewa, Rayden dan Liu Kang punya agenda lain untuk menyelamatkan umat manusia, sosok cewek militer tangguh Sonya Blade berusaha menyelamatkan atasannya, sementara sang aktor, Johnny Cage, berpikir bahwa ia tengah syuting film aksi di kompetisi ini.

Baca Juga  The Night Doctor (Festival Sinema Prancis)

Jika dibandingkan dua film sebelumnya, serta seri animasinya, Mortal Kombat Legends: Scorpion’s Revenge jelas jauh lebih baik. Semua tradisi game-nya ada di film animasi ini termasuk adegan aksi sadis dan brutal yang termasuk “keras” untuk film animasi. Tercatat, film animasi ini berating R (dewasa) dan ini adalah yang pertama kalinya untuk seri ini. Jelas film ini bukan untuk konsumsi anak-anak di bawah 10 tahun. Namun, jika sudah memainkan game-nya yang terbaru, Mortal Kombat 11, jelas visualisasi kekerasan di film animasi ini masih terlalu halus.

Scorpion adalah bintang dalam film ini dengan pesona dan gaya bertarungnya yang khas menggunakan tali rantai bermata pisau. Get over here! Sayang sang dewa, Rayden yang karismatik tak banyak bertarung dalam film ini. Sementara sosok lainnya, tak ada yang mencuri perhatian, kecuali Sub-Zero dengan ilmu bertarungnya yang unik. Aksi-aksi brutalnya memang disajikan mengesankan. Visualisasinya sering kali dipertegas gambar tulang belulang yang patah dengan darah yang bermuncratan di mana-mana. Satu pertarungan yang dilakoni Goro, visualisasinya membuat bergidik ketika ia menarik tangan lawannya hingga putus. Huff!

Film animasi panjang Mortal Kombat Legends: Scorpion’s Revenge dijamin bakal memuaskan die hard fans-nya dengan visualisasi karakter serta aksi-aksi brutal yang menjadi tradisi game-nya. Kita harap saja, filmnya bisa jauh lebih baik dari film animasinya ini. Dengan kemampuan teknologi CGI saat ini rasanya tak ada lagi yang tak mungkin. Jangan lewatkan menonton film animasi ini. Jujur saja, film animasi ini adalah film paling menghibur yang saya tonton di sepanjang awal tahun ini.

Stay Safe and Healthy!

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaRussian Doll
Artikel BerikutnyaMarriage Story – Kilas Balik
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.