Mortal Kombat Legends: Scorpion's Revenge (2020)
80 min|Animation, Action, Adventure|12 Apr 2020
7.4Rating: 7.4 / 10 from 20,052 usersMetascore: N/A
Hanzo Hasashi loses his family during an attack by a rival clan the Lin Kuei. He is given the chance to compete in an inter-dimensional tournament to save his loved ones while other fighters try to save the Earth realm from annihi...

Game populer Mortal Kombat hingga kini tak ada matinya. Walau bukan game permainan favorit saya ketika semasa kuliah, Mortal Kombat (1992), tapi karakter-karakter dan eksekusi akhirnya memang unik dibandingkan game fighting lainnya. Brutal! Filmnya pun sudah dibuat hingga sekuelnya, yakni Mortal Kombat (1995) dan Mortal Kombat: Annihilation (1997). Dua-duanya bukan tergolong film bagus, namun visualisasi karakternya terbilang lumayan. Aksi brutal di-game jauh dari harapan. Harus diakui, memang sulit pada masa ini untuk membuat aksi perkelahian dengan sosok mistik macam Rayden atau Goro yang penuh CGI.

Kini, Warner Bros. sebagai pemegang hak cipta seri ini tengah dalam proses produksi filmnya yang kabarnya rilis tahun depan, dan aktor kita, Joe Taslim bermain sebagai karakter ikonik Sub-Zero. Film animasi panjang Mortal Kombat Legends: Scorpion’s Revenge ini, konon masih terhubung dengan film reboot-nya tersebut. Film animasinya sama sekali bukan film yang buruk. Di awal, saya sudah tertawa melihat Daffy Duck yang muncul di opening logo WB, mendadak Scorpion muncul dari balik logo dan menariknya masuk.

Seperti titelnya, film ini mengedepankan sosok Scorpion (maskot game ini) sebagai karakter utamanya. Mengisahkan bagaimana latar sosok ikonik ini bisa menjadi sosok mistik yang brutal dan dingin seperti sekarang. Scorpion mengikuti turnamen Mortal Kombat bertujuan untuk membalaskan dendam kematian keluarganya pada Sub-Zero. Sementara sang dewa, Rayden dan Liu Kang punya agenda lain untuk menyelamatkan umat manusia, sosok cewek militer tangguh Sonya Blade berusaha menyelamatkan atasannya, sementara sang aktor, Johnny Cage, berpikir bahwa ia tengah syuting film aksi di kompetisi ini.

Baca Juga  What We Do in the Shadows

Jika dibandingkan dua film sebelumnya, serta seri animasinya, Mortal Kombat Legends: Scorpion’s Revenge jelas jauh lebih baik. Semua tradisi game-nya ada di film animasi ini termasuk adegan aksi sadis dan brutal yang termasuk “keras” untuk film animasi. Tercatat, film animasi ini berating R (dewasa) dan ini adalah yang pertama kalinya untuk seri ini. Jelas film ini bukan untuk konsumsi anak-anak di bawah 10 tahun. Namun, jika sudah memainkan game-nya yang terbaru, Mortal Kombat 11, jelas visualisasi kekerasan di film animasi ini masih terlalu halus.

Scorpion adalah bintang dalam film ini dengan pesona dan gaya bertarungnya yang khas menggunakan tali rantai bermata pisau. Get over here! Sayang sang dewa, Rayden yang karismatik tak banyak bertarung dalam film ini. Sementara sosok lainnya, tak ada yang mencuri perhatian, kecuali Sub-Zero dengan ilmu bertarungnya yang unik. Aksi-aksi brutalnya memang disajikan mengesankan. Visualisasinya sering kali dipertegas gambar tulang belulang yang patah dengan darah yang bermuncratan di mana-mana. Satu pertarungan yang dilakoni Goro, visualisasinya membuat bergidik ketika ia menarik tangan lawannya hingga putus. Huff!

Film animasi panjang Mortal Kombat Legends: Scorpion’s Revenge dijamin bakal memuaskan die hard fans-nya dengan visualisasi karakter serta aksi-aksi brutal yang menjadi tradisi game-nya. Kita harap saja, filmnya bisa jauh lebih baik dari film animasinya ini. Dengan kemampuan teknologi CGI saat ini rasanya tak ada lagi yang tak mungkin. Jangan lewatkan menonton film animasi ini. Jujur saja, film animasi ini adalah film paling menghibur yang saya tonton di sepanjang awal tahun ini.

Stay Safe and Healthy!

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaRussian Doll
Artikel BerikutnyaMarriage Story – Kilas Balik
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.