Nightride adalah film kriminal thriller arahan Stephen Singleton yang dibintangi oleh Moe Dunford, Joana Ribeiro, Gerard Jordan, dan Stephen Rea. Film ini baru saja dirilis platform streaming Amazon Prime pada 4 Maret lalu. Keunikan film berdurasi 97 menit ini adalah menggunakan teknik long take sepanjang filmnya dengan 90% durasi film dilakukan di atas mobil yang sedang berjalan.
Budge (Dunford) terlibat di dunia kriminal sejak lama. Bersama sang pacar, Sofia (Ribeiro), ia ingin pensiun, namun sebelumnya Budge harus menyelesaikan satu pekerjaan terakhir. Tugasnya mudah saja. Ia harus mengantarkan barang (50kg kokain) yang ada di sebuah van ke pembelinya, lalu mengantar uang, dan ia pun mengambil fee-nya. Masalah mulai bermula ketika ada seseorang yang menguntit Budge sehingga ia harus menyuruh dua anak buahnya untuk mengambil dan mengantarkan van. Masalah semakin pelik ketika mobil van tersebut dicuri oleh seseorang.
Karena menggunakan teknik long take, tentu kamera mengikuti sosok Budge tanpa jeda sepanjang film. Nyaris semua dialog dilakukan melalui pembicaraan seluler dan itu pun dilakukan di atas mobil yang sedang berjalan. Alhasil, semua konflik dan masalah muncul dari dialog-dialog tersebut tanpa sedikit pun bisa kita lihat. Van yang hilang hanya bisa kita bayangkan. Kasusnya persis seperti film thriller Desperate Hours yang rilis baru lalu yang didominasi perbincangan seluler. Ini yang menimbulkan intensitas cerita semakin tinggi dan menegangkan, terlebih ada tengat waktu di sana. Jika terlambat, ada konsekuensi. Ancaman terhadap Budge terasa nyata karena sajian real-time-nya (nonstop). Kisahnya sebenarnya bisa dibuat lebih menegangkan lagi. Sepanjang waktu kita sebenarnya hanya melihat Budge berputar-putar dengan mobilnya tanpa sedikitpun terlibat dalam aksi sesungguhnya. Coba bandingkan saja dengan Wheelman (2017) yang dibintangi Frank Grillo.
Teknik long take (shot menerus tanpa jeda/cut) yang menjadi kekuatan filmnya juga disajikan cukup rumit karena disajikan di atas mobil yang sedang berjalan. Bukan hanya pergerakan dan posisi kamera, namun adalah faktor audio tentu membuatnya semakin sulit. Tampak sekali dalam satu adegan, audio terasa tak wajar karena menggunakan clip on pada tubuh pemain untuk merekam suaranya. Secara keseluruhan teknik long take-nya tersaji sangat baik, namun dalam sebuah shot tampak sekali jika ada transisi yang dikaburkan. Hal ini sama persis yang dilakukan oleh Birdman (2014) dan 1917 (2019). Jelas sulit jika ingin membuatnya satu shot utuh 97 menit dengan aksi-aksi cepat yang tersaji pada filmnya.
Nightride dengan long take-nya adalah sebuah aksi thriller langka, walau dari sisi cerita kurang menggigit untuk genrenya. Setidaknya, film ini menambah panjang deretan list film yang menggunakan long take. Untuk membuat film utuh dengan teknik ini, macam Russian Ark atau Victoria memang bukan hal yang mudah. Hanya saja, hal yang sedikit mengganjal adalah motif penggunaan teknik ini di filmnya. One last job? Semua film-film “long take” yang tersebut di atas punya motif yang kuat, mungkin ada yang punya opini tentang Nightride?