Sing 2 (2021)
110 min|Animation, Adventure, Comedy|22 Dec 2021
7.3Rating: 7.3 / 10 from 97,970 usersMetascore: 49
Buster Moon and his friends must persuade reclusive rock star Clay Calloway to join them for the opening of a new show.

Sing 2 merupakan sekuel dari Sing (2016) yang masih diarahkan sineas yang sama Garth Jennings. Film sekuelnya ini masih dibintangi kasting regulernya, yakni Matthew Mcconaughhey, Scarlett Johansson, Reese Whiterspoon, Taron Egerton, Nick Kroll, serta pendatang baru Letitia Wright, Bobby Cannavale, hingga penyanyi legendaris Bono. Dengan berbekal bujet USD 85 juta, mampukah sekuelnya ini melewati sukses film sebelumnya yang sukses meraih lebih dari USD 600 juta secara global? Rasanya memang mustahil.

Setelah sukses dengan pertunjukan di kisah sebelumnya, kini Buster Moon (Mcconaughhey) mengincar untuk bisa tampil di kota megapolitan, Red Shore City. Walau dianggap tak mampu oleh seorang jurnalis, namun Moon bersama rekan-rekannya nekat untuk bisa unjuk gigi dihadapan Jimmy Crystal, seorang produser hiburan kelas satu di sana. Dengan sedikit keberuntungan, Moon akhirnya mendapat kesempatan tersebut, walah jalan menuju kesuksesan penuh dengan rintangan dan bahaya. Pew pew.

Sing 2 menggunakan formula konvensional sebuah sekuel dengan skala cerita lebih luas dan megah, plus tambahan beberapa karakter baru. Seperti sebelumnya, sepanjang film dipenuhi dengan puluhan nomor populer yang nyaris seluruhnya dibawakan sendiri oleh para kastingnya. Apa yang istimewa dari sekuelnya ini adalah klimaksnya yang megah membahana. Kejutan-kejutan kecil juga muncul di sini yang memberi sisi plus dari sisi hiburan disamping sisi humornya. Kisahnya yang mudah diantisipasi seolah hilang karena finale yang begitu mengesankan.

Baca Juga  Mission Impossible - Rouge Nation

Sing 2 menggunakan persis formula sebelumnya, namun dengan kejutan klimaksnya sudah lebih dari cukup untuk membuat film ini menjadi salah satu yang paling menghibur di genrenya. Dengan visual yang penuh warna dan memukau, serta puluhan musik dan lagu yang disajikan menawan dijamin bakal membuat kita betah menonton. Sing 2 adalah sebuah tontonan segala umur yang dijamin bakal menghibur satu keluarga. Namun anehnya, opening logo Ilumination dengan para minionnya rupanya lebih membuat penonton anak-anak seisi bioskop tertawa riuh ketimbang filmnya sendiri. Sempat terpikir bagaimana jika dibuat crossover dua seri besar ini?

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaBackstage
Artikel BerikutnyaScream
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). A lifelong cinephile, he developed a profound passion for film from an early age. After completing his studies in architecture, he embarked on an independent journey exploring film theory and history. His enthusiasm for cinema took tangible form in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience eventually led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched students’ understanding through courses such as Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended well beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, Understanding Film, an in-depth examination of the essential elements of cinema, both narrative and visual. The book’s enduring significance is reflected in its second edition, released in 2018, which has since become a cornerstone reference for film and communication scholars across Indonesia. His contributions to the field also encompass collaborative and editorial efforts. He participated in the compilation of Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1–3 and 30 Best-Selling Indonesian Films 2012–2018. Further establishing his authority, he authored Horror Film Book: From Caligari to Hereditary (2023) and Indonesian Horror Film: Rising from the Grave (2023). His passion for cinema remains as vibrant as ever. He continues to offer insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com while actively engaging in film production with the Montase Film Community. His short films have received critical acclaim at numerous festivals, both nationally and internationally. In recognition of his outstanding contribution to film criticism, his writing was shortlisted for years in a row for Best Film Criticism at the 2021-2024 Indonesian Film Festival. His dedication to the discipline endures, as he currently serves as a practitioner-lecturer in Film Criticism and Film Theory at the Indonesian Institute of the Arts Yogyakarta, under the Independent Practitioner Program from 2022-2024.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses