The Bad Guys (2022)
100 min|Animation, Adventure, Comedy|22 Apr 2022
6.9Rating: 6.9 / 10 from 74,929 usersMetascore: 64
To avoid prison, a gang of notorious animal criminals pretends to seek being rehabilitated, only for their leader to realize that he genuinely wants to change his ways.

Penjahat yang berubah menjadi baik? Masih ingat Gru? Bisa jadi memang bukan hal baru, namun The Bad Guys mampu menampilkannya dengan kisah yang unik. The Bad Guys adalah film arahan Pierre Perifel yang kisahnya diadaptasi dari novel grafis berjudul sama karya Aaron Blabey. Pengisi suara para karakternya adalah nama-nama tenar, Sam Rockwell, Awkwafina, Craig Robinson, dan Zazie Beetz. Mampukan film produksi Dreamworks Animation ini bersaing dengan film-film berkualitas produksi sebelumnya, sebuat saja seri Kung-fu Panda serta How to Train Your Dragon?

Di dunia, di mana manusia dan binatang berbaur, satu kelompok kriminal pimpinan Mr Wolf (Rockwell) ditakuti karena reputasi mereka. Pada satu aksi perampokan terbesar mereka, Mr. Wolf mengalami satu sensasi aneh ketika ia menolong seorang perempuan tua. Ekornya berkibas, tanda hatinya bahagia. Perampokan pun berakhir gagal, namun mereka mendapat kesempatan kedua oleh Prof. Marmalade yang dijanjikan untuk bisa mengubah sifat jahat mereka jadi baik. Di balik itu semua, ada skenario besar untuk menjebak mereka.

Bagi yang pernah menonton seri Despicable Me tentu ini bukan konsep cerita yang baru. Hanya saja, dalam The Bad Guys adalah satu kelompok bukan hanya satu karakter. Koneksi kolektif ini yang menjadikan kisahnya unik. Tentu saja dominasi humor hadir di sepanjang cerita dengan segala kekonyolan sosok-sosoknya. Hubungan dekat-renggang di antara mereka juga mampu dimainkan secara bagus melalui kejutan kecil di beberapa momen. Secara keseluruhan tidak ada yang baru dalam kisahnya selain aksi-aksi menghibur menjelang dan pada klimaksnya. Ending-nya pun tidak sulit diduga, namun pesannya cukup menyentuh.

Baca Juga  Rentang Kisah

Sebuah perspektif cerita via sekelompok “protagonis” yang unik, The Bad Guys terbilang menghibur dan memiliki pesan yang cukup untuk target genrenya. Film ini memang tidak selevel karya terbaik studionya, hanya saja pesannya tentang berbuat baik tidak bisa kita remehkan. Orang jahat belum tentu berhati jahat dan orang yang terlihat baik belum tentu berhati baik. Ketulusan hati selamanya tidak akan pernah menipu. Untuk tontonan ringan dan menghibur, The Bad Guys adalah satu tontonan bagus untuk keluarga. Hanya satu catatan kecil ketika menonton, ada hal yang tak biasa ketika menonton film kategori Semua Umur (SU). Di mana banyak penonton anak-anak di dalam studio, namun promo trailer yang diputar adalah film horor yang sangat tidak pantas ditonton anak-anak. Bisa jadi mereka bakal lebih mengingat ini ketimbang filmnya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaBaby Blues
Artikel BerikutnyaUmma
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). A lifelong cinephile, he developed a profound passion for film from an early age. After completing his studies in architecture, he embarked on an independent journey exploring film theory and history. His enthusiasm for cinema took tangible form in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience eventually led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched students’ understanding through courses such as Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended well beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, Understanding Film, an in-depth examination of the essential elements of cinema, both narrative and visual. The book’s enduring significance is reflected in its second edition, released in 2018, which has since become a cornerstone reference for film and communication scholars across Indonesia. His contributions to the field also encompass collaborative and editorial efforts. He participated in the compilation of Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1–3 and 30 Best-Selling Indonesian Films 2012–2018. Further establishing his authority, he authored Horror Film Book: From Caligari to Hereditary (2023) and Indonesian Horror Film: Rising from the Grave (2023). His passion for cinema remains as vibrant as ever. He continues to offer insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com while actively engaging in film production with the Montase Film Community. His short films have received critical acclaim at numerous festivals, both nationally and internationally. In recognition of his outstanding contribution to film criticism, his writing was shortlisted for years in a row for Best Film Criticism at the 2021-2024 Indonesian Film Festival. His dedication to the discipline endures, as he currently serves as a practitioner-lecturer in Film Criticism and Film Theory at the Indonesian Institute of the Arts Yogyakarta, under the Independent Practitioner Program from 2022-2024.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses