The Boss Baby 2: Family Business (2021)
107 min|Animation, Adventure, Comedy|02 Jul 2021
5.9Rating: 5.9 / 10 from 23,208 usersMetascore: 39
The Templeton brothers have become adults and drifted away from each other, but a new boss baby with a cutting-edge approach is about to bring them together again - and inspire a new family business.

The Boss Baby 2: Family Business adalah sekuel dari The Boss Baby yang rilis 4 tahun silam yang sukses meraih lebih dari US$ 500 juta secara global. Sekuelnya ini juga masih disutradarai oleh Tom McGrath, sineas yang juga mengarahkan tiga seri Madagascar dan Megamind. Film berbujet US$ 82 juta ini diisi suara oleh sederetan nama besar, Alec Baldwin, James Marsden, Jeff Goldblum, Eva Longoria, Lisa Kudrow, Jimmy Kimmel, dan Ami Sedaris. Mampukah sekuelnya ini menyamai sukses film sebelumnya? Rasanya mustahil mengingat situasi global terkini.

Tim (Marsden) dan Ted (Baldwin) yang telah dewasa kini memiliki kesibukannya masing-masing. Tim kini memiliki dua orang putri, Tabitha dan Tina, sementara Ted selalu sibuk dengan bisnisnya. Baby Corp. hanyalah serpihan masa lalu mereka. Hingga akhirnya, Tina membuka kedoknya, yang ternyata adalah agen Baby Corp., seperti halnya Ted dulu. Dengan cairan pembalik umur, Tim dan Ted kini mengemban misi baru untuk mencegah niat jahat Dr. Amstrong (Goldblum) yang ingin agar anak-anak menguasai dunia tanpa kehadiran orang tua.

Dari ringkasan plotnya saja, sudah terlihat jika kisah sekuelnya begitu memaksa. Masa kecil bahagia bersama-sama, jika dewasa kelak akan berpisah dengan kehidupan kita masing-masing. Demikian pesan sederhana film sekuelnya ini. Satu hal yang menghibur adalah rivalitas antara Ted bayi dan Tim kecil dalam mengemban misi mereka. Ted bayi memang masih mencuri perhatian kita dengan polahnya. Inti plot hanyalah repetisi formula seri sebelumnya. Ada hal pula yang sedikit mengganjal dan membuat rasa tak nyaman, yakni hubungan antara Tim kecil dan Tabitha. Hubungan ayah dan putrinya ini rasanya mengarah ke chemistry lainnya, terlebih orang rumah memperlakukan keduanya seperti sedang berpacaran ketika Tim kecil berada di kamar Tabitha.

Baca Juga  John Wick: Chapter 3 - Parabellum

The Boss Baby 2, bisa jadi menghibur target genrenya, namun untuk sebuah sekuel, konfliknya terasa memaksa dan formula yang sama. Ya mau apa lagi, ini memang sudah menjadi formula abadi blockbuster dari “sono”-nya. Ketika satu film laris, dijamin sekuelnya akan ada. Seri Toy Story bisa menjadi rujukan, bagaimana sebuah sekuel semakin lama justru konfliknya semakin dalam dan bertambah bijak, tanpa mengurangi sisi hiburannya sama sekali. Pencapaian ini yang sulit dicapai kebanyakan film-film sekuel.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
50 %
Artikel SebelumnyaWerewolves Within
Artikel BerikutnyaFear Street Part One: 1994
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.