The Boss Baby 2: Family Business adalah sekuel dari The Boss Baby yang rilis 4 tahun silam yang sukses meraih lebih dari US$ 500 juta secara global. Sekuelnya ini juga masih disutradarai oleh Tom McGrath, sineas yang juga mengarahkan tiga seri Madagascar dan Megamind. Film berbujet US$ 82 juta ini diisi suara oleh sederetan nama besar, Alec Baldwin, James Marsden, Jeff Goldblum, Eva Longoria, Lisa Kudrow, Jimmy Kimmel, dan Ami Sedaris. Mampukah sekuelnya ini menyamai sukses film sebelumnya? Rasanya mustahil mengingat situasi global terkini.
Tim (Marsden) dan Ted (Baldwin) yang telah dewasa kini memiliki kesibukannya masing-masing. Tim kini memiliki dua orang putri, Tabitha dan Tina, sementara Ted selalu sibuk dengan bisnisnya. Baby Corp. hanyalah serpihan masa lalu mereka. Hingga akhirnya, Tina membuka kedoknya, yang ternyata adalah agen Baby Corp., seperti halnya Ted dulu. Dengan cairan pembalik umur, Tim dan Ted kini mengemban misi baru untuk mencegah niat jahat Dr. Amstrong (Goldblum) yang ingin agar anak-anak menguasai dunia tanpa kehadiran orang tua.
Dari ringkasan plotnya saja, sudah terlihat jika kisah sekuelnya begitu memaksa. Masa kecil bahagia bersama-sama, jika dewasa kelak akan berpisah dengan kehidupan kita masing-masing. Demikian pesan sederhana film sekuelnya ini. Satu hal yang menghibur adalah rivalitas antara Ted bayi dan Tim kecil dalam mengemban misi mereka. Ted bayi memang masih mencuri perhatian kita dengan polahnya. Inti plot hanyalah repetisi formula seri sebelumnya. Ada hal pula yang sedikit mengganjal dan membuat rasa tak nyaman, yakni hubungan antara Tim kecil dan Tabitha. Hubungan ayah dan putrinya ini rasanya mengarah ke chemistry lainnya, terlebih orang rumah memperlakukan keduanya seperti sedang berpacaran ketika Tim kecil berada di kamar Tabitha.
The Boss Baby 2, bisa jadi menghibur target genrenya, namun untuk sebuah sekuel, konfliknya terasa memaksa dan formula yang sama. Ya mau apa lagi, ini memang sudah menjadi formula abadi blockbuster dari “sono”-nya. Ketika satu film laris, dijamin sekuelnya akan ada. Seri Toy Story bisa menjadi rujukan, bagaimana sebuah sekuel semakin lama justru konfliknya semakin dalam dan bertambah bijak, tanpa mengurangi sisi hiburannya sama sekali. Pencapaian ini yang sulit dicapai kebanyakan film-film sekuel.