The Falls merupakan film produksi Taiwan arahan sineas senior Chung Mong-hong yang dirilis Netflix beberapa waktu lalu. Film ini dibintangi dua bintang lokal, yakni Alyssa Chia dan Gingle Wang. Tahun lalu, film ini telah mendapat beberapa penghargaan di festival film besar, serta merupakan wakil negara Taiwan untuk berkompetisi di kategori Best International Feature dalam Academy Awards tahun 2021 lalu. Seberapa istimewakah film ini?
Pin-wen (Chia) dan putrinya, Xiao Jing (Wang) berubah drastis hidup mereka tatkala pandemi Covid-19 melanda. Xiao Jing harus dikarantina di rumah karena rekan sekelasnya ternyata positif. Ping-wen sendiri mendapat pengurangan gaji di kantornya dan mendapat cuti karena situasi putrinya. Ibu dan putrinya yang tak akur, kini harus menghabiskan waktunya bersama. Hingga suatu ketika Ping-wen harus dilarikan ke RS akibat gangguan mental.
Bisa jadi untuk temanya: Covid-19, sejauh ini, film ini adalah yang terbaik. Naskahnya yang ditulis sendiri oleh sang sineas mampu memanfaatkan situasi pandemi untuk menyajikan kisah drama menyentuh antara ibu dan putrinya. Kisah yang awalnya terlihat sederhana, lambat laun menjadi semakin rumit dan berat. Alur kisahnya makin menggelitik dan mampu mempermainkan perasaan kita, sejalan dengan konflik yang dialami dua tokohnya. Simpati dan empati kita, jelas tertuju pada sosok sang putri, namun situasi berjalan tidak seperti yang kita pikir. Kondisi mental sang ibu serta rasa khawatir sang putri adalah dua faktor yang mampu dieksplorasi begitu efektif oleh sineas. Seperti Xiao Jing, kita pun jadi turut merasa was-was sepanjang kisahnya pada sosok sang ibu.
Tanpa dua kasting briliannya, film ini tak akan ada artinya. Alyssa Chia mampu bermain begitu rapuh sebagai sang ibu dengan ekspresi, gesture tubuh serta sorot mata “kosong”, nyaris sepanjang film. Sementara Gingle Wang sebagai sang putri tampil sangat baik dengan segala emosinya kepada ibunya. Tak mudah bagi mereka (pemain) untuk bisa tampil dekat, namun selalu “berjarak” dan nyaris tak terasa kehangatan hubungan mereka. Tidak sekalipun, kita melihat mereka saling bersentuhan atau berpelukan. Ini yang menarik. Ending-nya yang mengejutkan sungguh menjadi satu benang merah besar untuk memahami kisah filmnya.
Dari sisi estetik pun, film ini tampak sangat berkelas. Sineas yang rupanya juga berlatar sinematografer memperlihatkan sentuhannya dengan mengesankan nyaris sepanjang film. Ilustrasi musik yang menggunakan sentuhan klasik dan “western” mampu membangun manis mood dalam banyak adegannya. Belum lagi, setting brilian, bangunan apartemen yang tertutup terpal warna biru yang jelas punya makna khusus. Film ini memang tampak sekali begitu personal bagi sang pembuatnya, ini dipertegas melalui kredit penutupnya.
Berbekal penampilan kuat dua kasting utamanya, The Falls menyajikan relasi ibu dan putrinya dalam situasi yang unik sekaligus membumi. The Falls tidak hanya melulu bicara soal ibu dan anak, namun adalah kehidupan dalam arti luas. Sang ibu yang telah melewati masa hidup kelam dan sulit, harus dilewati pula oleh sang putri. Xio Jing pun rupanya masih menghadapi satu ujian besar untuk bisa memahami penuh ibunya. Alam rupanya punya cara sendiri untuk memberi pelajaran agar kita bisa memahami makna hidup lebih dalam. Sungguh, saya ingin melihat ibu dan putrinya berpelukan hangat, yang rupanya hanya bisa kita bayangkan dalam imajinasi.