Kombinasi genre bencana dan aksi adalah satu hal yang lazim, namun The Ice Road ternyata menawarkan sesuatu yang berbeda. Jauh dari ekspektasi sebelum menonton. The Ice Road digarap oleh sineas Jonathan Hensleigh yang lebih dikenal sebagai penulis naskah film-film laris era 1990-an, macam Jumanji, Die Hard 3, hingga Armageddon. The Ice Road dibintangi sineas kawakan, Liam Neeson, Laurence Fishburne, serta Benjamin Walker dan Amber Midthunder. Film ini dirilis oleh platform Netflix yang rilis minggu ini.
Satu tambang berlian di wilayah terpencil Kanada meledak dan memerangkap puluhan pekerjanya di bawah sana. Satu-satunya harapan mereka adalah mengebor dengan pipa khusus yang harus didatangkan ratusan mil jaraknya. Pipa tersebut hanya bisa diangkat oleh truk besar dengan melewati danau es untuk memangkas waktu sebelum para pekerja tambang kehabisan oksigen. Mike dan dua rekannya yang menyupir truk, tidak hanya terhalang oleh faktor cuaca, namun juga satu kelompok yang ingin menggagalkan misi mereka.
Memang, untuk genrenya (bencana) plotnya terlihat klise, namun proses pengembangan kisahnya rasanya jarang sekali kita temui untuk genrenya. Masalah tidak hanya ada di permukaan, namun juga dalam tambang di bawah sana. Aksi menegangkan nyaris tak ada hentinya sejak truk mulai berjalan yang ini agak mengejutkan juga karena sisi ketegangan yang dibangun cukup intens. Momen berpacu dengan waktu, dijamin bakal membuat penonton tak bisa duduk nyaman. Neeson kali ini bukanlah seorang mantan agen rahasia yang tangguh melainkan supir truk yang handal. Ini yang membuatnya sedikit berbeda dari film-film sang bintang sebelumnya, walau ia pernah bermain sebagai supir truk pembersih salju dalam Cold Pursuit. Beberapa kali, Mike dan Gurty sebagai pasangan supir dan mekanik, menyajikan sisi lain dari truk yang tak pernah kita lihat dalam film.
Untuk genre bencana, The Ice Road adalah sebuah petualangan baru yang segar dan menegangkan, dan untuk sang bintang ini adalah satu peran unik yang belum pernah ia coba sebelumnya. Naskahnya memang tak sulit diantisipasi, namun juga terbilang lumayan solid dalam menjaga ritme ketegangannya. Menilik sang sineas, jika saja film ini diproduksi pada era 1990-an, rasanya film ini bisa menjadi film besar untuk genrenya dengan penggunaan CGI pasti bakal minim. Entah mengapa, film ini terasa banyak memiliki sensasi dan nuansa nostalgia era 1990-an bagi genrenya. Bagi penggemar film aksi bencana, The Ice Road sayang untuk dilewatkan, juga untuk para fans Neeson yang ingin melihatnya bermain dalam peran yang berbeda.