Denzel Washington, Rami Malek, dan Jared Leto bermain dalam satu film adalah satu hal yang rasanya bakal menjanjikan sebuah tontonan berkelas. The Little Things adalah film kriminal misteri arahan John Lee Hancock yang kita kenal melalui film nominator Piala Oscar, The Blind Side (2009). Hancock juga sekaligus bertindak menjadi produser sekaligus penulis naskah filmnya. Film berbujet USD 30 juta ini seperti nasib puluhan film besar lainnya adalah korban pandemi berkepanjangan yang akhirnya dirilis di platform HBO Max.
Film ini kisahnya berlatar tahun 1990 di wilayah Los Angeles. Joe Deacon (Washington) adalah seorang mantan detektif yang kini bekerja sebagai deputi polisi di wilayah Kern County. Suatu ketika, Deacon mendapat tugas untuk mengambil barang bukti di kantor polisi tempat kerja lamanya, di LA. Di sana, ia justru terseret dalam satu kasus pembunuhan misterius yang pernah ia usut beberapa tahun lalu. Deacon bekerjasama dengan detektif muda cerdas, Jim Baxter (Malek) terlibat dalam satu penyelidikan panjang yang mengarah ke arah satu orang bernama Albert Sparma (Leto). Apakah Sparma adalah orang yang mereka cari?
Di samping deretan kastingnya, sejak awal kisahnya telah mengusik para penikmat genrenya melalui penokohan sosok Deacon dan Jim Baxter. Seperti kebanyakan tipikal karakter yang diperankan Washington, Deacon dikenalkan dengan segala karismanya yang dingin dan tenang. Sebagai fans Denzel saya sangat menikmati ini walau tak lagi terasa baru. Chemistry-nya dengan sang detektif muda, tersaji begitu menjanjikan tidak hingga kita diperkenalkan sosok Sparma. Sejak momen ini, kisahnya berubah menjadi plot perburuan antara kucing dan tikus. Pertanyaannya, siapa yang kucing dan siapa yang tikus? Bukanlah ini lebih menarik? Nyatanya tidak.
Siapa sosok Sparma? Arah plot mengarahkan kita ke otak dalang pembunuhan tapi ternyata tidak semudah yang kita pikir. Pembuat film tak mungkin mengkasting aktor sekelas Leto jika tidak memiliki peran yang berarti. Sosok Sparma selalu diposisikan dalam wilayah abu-abu yang tujuannya tentu membuat kita semakin penasaran. Satu hal lain adalah komparasi dengan kisah film Se7en. Arah plotnya terlalu mirip dengan film masterpiece ini dan kita tahu pembuat film tentu tak akan sebodoh itu. Apa yang (mungkin) dimaksudkan sebagai sebuah “kejutan” semua serba antiklimaks. Naskahnya tidak mampu mengemas cerita dan menggunakan 3 sosok utamanya untuk mampu membuat sebuah klimaks yang menggigit. What a waste.
Dipenuhi deretan kasting yang menjanjikan, The Little Things dikecewakan oleh naskah yang buruk serta konsep ide kisah senada yang jauh lebih superior. Tak ada yang salah dengan Washington, Malek, terlebih Leto, mereka bermain sangat baik. Sang sineas pun juga memiliki sentuhan estetik yang menawan dalam banyak pengadeganannya. Hanya saja, ia perlu belajar lebih banyak untuk mengemas cerita lebih segar jika ingin merujuk sumber lain. Promising Young Woman berhasil melakukannya dengan gaya berkelas. Film-film Korea Selatan juga banyak yang melakukan lebih baik dari ini. Naskahnya pun masih menimbulkan banyak lubang plot yang menganga lebar tanpa kita peduli untuk menjawabnya. Hal-hal kecil yang akan membuatnya (sang pembunuh) tertangkap, kata Deacon. Kata-kata ini lebih pas ditujukan untuk sang sineas bukan untuk Jim Baxter.
Stay safe and Healthy!