Episode #1.3 (1992)
N/A|Comedy|19 Sep 1992
Rating: Metascore: N/A
N/A

The Long Night adalah film thriller-horor garapan Rich Rachsdale. Film ini dibintangi oleh Scout Taylor-Compton, Nolan Gerard Funk, Jeff Fahey, serta Deborah Kara Unger. Film tentang penganut iblis dengan segala ritualnya sudah bukan hal baru, The Long Night mencoba meramaikan subgenre horor ini dengan gaya minimalis di setting terbatas.

Grace mencoba mengikuti petunjuk keberadaan orang tuanya di wilayah AS bagian selatan, bersama pacarnya, Jack. Alamat yang dituju mengantarkan mereka ke sebuah rumah besar di wilayah terpencil di tengah hutan dan rawa. Keanehan demi keanehan mulai terjadi, sejak mereka tiba di sana. Hingga malam harinya, mereka diteror sekelompok orang bertopeng, yang tak jelas mengapa mengincar Grace.

Film dibuka dengan premis yang menjanjikan serta harapan adanya sebuah kejutan besar pada kisahnya. Namun, ketika aksi dan teror muncul, saat itu pula kisahnya mulai menurun intensitasnya. Banyak hal yang tak masuk akal serta tak masuk logika sederhana. Apa yang kamu lakukan jika di luar sana terdapat belasan orang asing yang jelas-jelas telah membunuh seseorang? Yang pasti kita akan panik dan berusaha untuk lari dari sana, atau setidaknya mencari apapun untuk melindungi diri.

Untuk apa menutup hanya pintu jika jelas-jelas jendela kaca saja sudah sebesar itu? Apa sih yang ditunggu kelompok iblis tersebut, mengapa harus menunggu momen ketika Grace dan Jack mendapat senjata api? Memikirkannya saja sudah malas karena terlalu konyol untuk dibahas. Tidak butuh otak pintar untuk tahu siapa dibalik orang bertopeng tersebut. Opsi ending untuk kisah macam ini terlalu mudah diantisipasi. Ya oke, lantas setelah semua itu, mau apa, menguasai dunia? Tolong deh, seseorang hubungi Ghosbuster, oh salah, panggil Jedi Master.

Baca Juga  Superman: Red Son

The Long Night mengangkat tema penganut iblis dengan sisi thriller, trik horor, maupun kejutan cerita yang medioker. Kisahnya tidak cukup kuat untuk membangun sisi ketegangan serta kejutan yang menggigit. Setting-nya sejatinya sudah amat mendukung. Penonton seharusnya dialihkan selama mungkin melalui aksi-aksi tegang nan seru agar penonton tak sempat berpikir kemana-mana. The Long Night, seperti judulnya adalah sebuah penantian panjang yang melelahkan di mana semua serba tanggung.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
40 %
Artikel SebelumnyaAmerican Underdog
Artikel BerikutnyaSukses Spider-Man: No Way Home, Bangkitnya penonton bioskop global?
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.