The Occupant

0
The Occupant (2020)
103 min|Drama, Thriller|25 Mar 2020
6.4Rating: 6.4 / 10 from 20,426 usersMetascore: N/A
Javier Muñoz, once a successful executive, makes the fateful decision to leave his home, which he and his family can no longer afford.

The Occupant adalah film drama thriller produksi Spanyol arahan duo sineas bersaudara, David dan Lex Pastor. Film yang dirilis Netfilx akhir Maret lalu ini, dibintangi oleh aktor kawakan Spanyol, Javier Gutiereez, serta Mario Casas, Bruna Cuzi, Ruth Diaz, dan David Ramirez. Ada yang unik dengan kisah The Occupant. Mengapa? Oleh karena kisahnya memiliki beberapa kemiripan dengan Parasite. Film masterpiece produksi Korea Selatan peraih Piala Oscar kategori film terbaik di awal tahun ini.

Alkisah, Javier Munoz yang tengah di puncak karirnya mendadak menghadapi problem ekonomi besar. Ia bersama keluarganya terpaksa harus pindah dari apartemen mewahnya ke wilayah pinggiran. Di tengah tekanan mental tersebut, Javier ternyata masih belum mampu melepas kehidupan lamanya. Dengan berbekal kunci cadangan apartemen lawasnya, Javier menyusup masuk dan secara perlahan mulai memasuki kehidupan penghuni barunya yakni Tomas, seorang eksekutif muda yang sukses dan bahagia bersama istri dan putrinya.

Hmm.. Parasite? Tentu kisahnya berbeda jauh, namun The Occupant memiliki elemen psikologis yang lebih dalam, ketimbang Parasite dengan “black comedy”-nya. Satu kunci utamanya adalah sang bintang utama, Javier Gutierrez, yang bermain sangat mengesankan sebagai Javier Munoz. Sang aktor, layaknya sosok Joker, mampu menampilkan dua sisi koin berbeda melalui ekspresi wajahnya yang kalem dan dingin. Sangat mengagumkan, bagaimana, sang aktor mampu membuat kita bersimpati sekaligus memuakkan di saat yang bersamaan. Kisahnya memang mendukung performa sang bintang untuk mengeluarkan penampilan terbaiknya. Begitu intens, menegangkan, dan tiap momen penuh dengan kejutan.

Baca Juga  Society of the Snow

Di luar penampilan brilian sang aktor dan sisi thriler yang intens, kepiawaian duo sineasnya dalam mengemas sisi visualnya juga tak bisa dianggap remeh. Sisi sinematografi memang menjadi satu kekuatan utamanya, di mana kedalaman gambar (foreground dan background) sering kali digunakan menjadi penekanan shot-nya. Satu adegan brilian disajikan ketika Javier dan Tomas berada di bar, dan sineas menggunakan efek pantulan cermin ketika mereka berdialog. Shot-shot dengan komposisi apik berisi motif, beberapa kali pula digunakan. Satu contohnya, terdapat di penutup film, yang bisa kita maknai sebagai shotthe broken man”.

The Occupant adalah drama thriller berkelas dengan penampilan mengagumkan dari sang aktor utama serta kepiawaian duo sineasnya dalam mengemas visualnya. Film ini mampu menggambarkan dengan baik, bagaimana tekanan sosial dan mental yang sedemikian hebat mampu merubah nurani seseorang. Walaupun begitu, masih terdapat beberapa kelemahan dalam kisahnya. Untuk penikmat film sejati, kisahnya tidak sulit untuk diantisipasi arahnya, sekalipun prosesnya harus diakui memang amat intens. Lalu, satu hal yang mengganjal, kita tak memahami benar latar belakang psikologis sang tokoh, jika Javier memang sejenius itu dan mampu memiliki skenario beberapa langkah ke depan, bagaimana ia bisa terjebak dalam situasi sulit di awal? Sebagai pemula, rasanya mustahil membuat rencana sedemikian terukur tanpa cacat seperti itu. So, jika membandingkannya dengan Parasite, mana yang lebih baik? Setelah menonton, kalian bisa menjawabnya sendiri.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaMotel Acacia
Artikel BerikutnyaThe Blackout
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.