The Vigil adalah satu horor yang langka yang merupakan perpaduan tradisi kuno yahudi serta setting terbatas. The Vigil adalah film horor unik garapan Keith Thomas dibawah payung produksi Blumhouse Productions milik produser kondang, Jason Blum. Film ini dibintangi nama-nama yang masih asing, yakni Dave Davis, Menashe Lustig, Lynn Cohen, serta Milky Goldman. Bisa jadi, selain film horor adaptasi Asia, The Vigil adalah film horor yang dekat dengan tradisi kita yang tentu bakal amat menakutkan buat penonton di negeri ini.

Vigil adalah satu tradisi menjaga jenazah sejak malam hingga pagi harinya. Tradisi ini dimaksudkan agar sang mayat tidak terlihat oleh kekuatan jahat yang ingin mengambil rohnya dengan bacaan doa-doa tertentu. Yakov (Davis) suatu ketika dimintai tolong untuk menjadi Shumer (penjaga jenazah) satu warga Yahudi yang meninggal di lingkungannya. Oleh karena situasi ekonominya yang kepepet, Yakov pun tidak menampik tawaran tersebut. Sang jenazah adalah seorang laki-laki tua yang istrinya, Nyonya Litvak, masih tinggal bersamanya di satu flat kecil. Yakov pun menjalani tugasnya dengan santai tidak hingga ia mengetahui ada sesuatu yang tak beres di rumah tersebut.

The Vigil bisa jadi adalah film horor barat dengan premis paling menakutkan yang pernah saya tonton. Coba bayangkan, tanpa ada trik horor pun, duduk dekat dengan sebuah jenazah sejak tengah malam hingga pagi hari adalah bukan situasi yang menyenangkan. Atmosfir yang dibangun mise_en_scene-nya sudah sangat menakutkan dan dijamin bakal membuat kita duduk tak nyaman. Apapun bisa terjadi. Saya menanti sebuah kejutan besar dari satu kisah dan setting cerita yang sederhana ini. Sayangnya, pengembangan kisahnya tidak mampu menggigit sekuat premisnya. Ini sama sekali tidak buruk, hanya saja kita pernah melihat ini sebelumnya. Trauma masa lalu Yakov juga memudahkan penonton untuk melihat arah cerita filmnya. Horor psikologis macam ini yang bermain-main dengan mind trick memang amat tricky dan nyaris tanpa aturan cerita. Apapun bisa terjadi, dan ini yang tidak saya suka.

Baca Juga  X-Men Origins: Wolverine

The Vigil tidak mampu memanfaatkan secara maksimal premis, potensi kedalaman tema, serta mise_en_scene yang begitu menakutkan melalui penggunaan mind-trik horor yang lazim. Saya merasa ada sesuatu yang hilang di sini. Bagi seseorang yang fasih dengan tradisi ini, bisa jadi akan melihatnya dengan perspektif berbeda. Ini masalah terbesarnya. Kisahnya tidak mampu memberikan informasi yang cukup tentang tradisi ini, seperti apa yang boleh dan apa yang tidak, serta apa konsekuensinya jika dilanggar. Jika batasannya kabur akan mengaburkan pula perspektif penonton. Kita tidak bisa memahami kedalaman tradisinya selain hanya kejutan dan trik horor yang itu pun sudah sering kita jumpai dalam genrenya.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaBody Brokers
Artikel BerikutnyaTom & Jerry
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.