The Violent Heart (2020)
107 min|Drama, Thriller|19 Feb 2021
6.2Rating: 6.2 / 10 from 957 usersMetascore: 50
Fifteen years after the murder of his older sister, Daniel finds himself falling for Cassie, a vivacious high school senior.

Kisah cinta beda ras, jelas bulan hal baru dalam film, namun film ini menyajikan sesuatu yang berbeda. The Violent Heart adalah film drama roman thriller arahan sineas debutan Kerem Sanga. Film ini dibintangi nama-nama yang rasanya masih jarang kita dengar, yakni Jovan Adepo, Grace Van Patten, Lukas Hass, dan penyanyi senior, Mary J. Blige. Selain isu interasial, lalu apa yang menjadi nilai lebih film ini?

Cassie (Patten) adalah remaja SMU yang suatu ketika memergoki sang ayah yang juga guru di sana, berselingkuh dengan salah satu muridnya. Di saat hampir bersamaan, Cassie bertemu dengan Daniel, pemuda kulit hitam yang bekerja di bengkel mobil. Cassie yang terpikat dengan Daniel, tak butuh waktu lama untuk menjalin relasi asmara. Cassie bermasalah dengan sang ayah, sementara Daniel memiliki trauma dengan kejadian mengenaskan yang menimpa mendiang kakak perempuannya. Semakin dekat hubungan mereka, masalah pun semakin, situasi bertambah rumit ketika orang tua Cassie tak menyetujui hubungan mereka.

Dari ringkasan plotnya, tampak kisahnya sudah terlalu familiar untuk genrenya. Ya, memang, dua pertiga awal kisahnya, sisi roman terasa dominan. Satu hal yang menarik, nyaris semua tokoh, termasuk para pendukung utama, yakni ayah Cassie, adik dan ibu Daniel, memiliki pendalaman karakter yang tak biasa disajikan dalam genre roman macam ini. Siapa sangka, semuanya ternyata saling terkait dalam satu rangkaian kisah rumit yang dibalut dengan brilian. Siapa pun rasanya sulit mengantisipasi jika kisahnya bakal berbelok ke arah yang berbeda. Transisi antara sisi roman ke thriller seperti ini jarang sekali kita temui sebelumnya.

Baca Juga  The Fate of the Furious

Walau bukan bintang kelas satu, namun para kastingnya mampu bermain memikat, khususnya dua tokoh utama yang diperankan Van Patten dan Adepo. Khususnya Patten, sang aktris memiliki potensi amat besar di masa datang. Sejak awal pun, ketika kedua sosok ini baru saling mengenal, chemistry keduanya sudah terjalin manis, walau dalam beberapa momen masih terasa canggung. Hubungan ras yang berbeda memang bisa menjadi pemakluman. Hanya anehnya, masak iya sih, keduanya baru saling mengenal setelah tinggal sekian lama di kota sekecil itu.

Dengan naskah brilian melalui kedalaman masing-masing karakternya, The Violent Heart masih menyisakan pukulan akhir mengejutkan yang langka untuk genrenya. Satu hal yang saya kagumi dalam film ini adalah bagaimana naskahnya mampu merangkai cerita melalui multi karakternya dan mengemasnya dalam satu kombinasi genre yang unik, roman dan thriller. Kisahnya begitu detil dan rapi serta mampu membuat kita larut sehingga sulit mengantisipasi arah cerita. Ah, andai saja David Fincher yang menggarap, bisa jadi filmnya menjadi lebih berkelas. Untuk level produksinya, film ini juga sudah terhitung sangat baik pencapaiannya.

Stay safe and Healthy!

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaTom & Jerry
Artikel BerikutnyaLayla Majnun
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.