Kisah cinta beda ras, jelas bulan hal baru dalam film, namun film ini menyajikan sesuatu yang berbeda. The Violent Heart adalah film drama roman thriller arahan sineas debutan Kerem Sanga. Film ini dibintangi nama-nama yang rasanya masih jarang kita dengar, yakni Jovan Adepo, Grace Van Patten, Lukas Hass, dan penyanyi senior, Mary J. Blige. Selain isu interasial, lalu apa yang menjadi nilai lebih film ini?
Cassie (Patten) adalah remaja SMU yang suatu ketika memergoki sang ayah yang juga guru di sana, berselingkuh dengan salah satu muridnya. Di saat hampir bersamaan, Cassie bertemu dengan Daniel, pemuda kulit hitam yang bekerja di bengkel mobil. Cassie yang terpikat dengan Daniel, tak butuh waktu lama untuk menjalin relasi asmara. Cassie bermasalah dengan sang ayah, sementara Daniel memiliki trauma dengan kejadian mengenaskan yang menimpa mendiang kakak perempuannya. Semakin dekat hubungan mereka, masalah pun semakin, situasi bertambah rumit ketika orang tua Cassie tak menyetujui hubungan mereka.
Dari ringkasan plotnya, tampak kisahnya sudah terlalu familiar untuk genrenya. Ya, memang, dua pertiga awal kisahnya, sisi roman terasa dominan. Satu hal yang menarik, nyaris semua tokoh, termasuk para pendukung utama, yakni ayah Cassie, adik dan ibu Daniel, memiliki pendalaman karakter yang tak biasa disajikan dalam genre roman macam ini. Siapa sangka, semuanya ternyata saling terkait dalam satu rangkaian kisah rumit yang dibalut dengan brilian. Siapa pun rasanya sulit mengantisipasi jika kisahnya bakal berbelok ke arah yang berbeda. Transisi antara sisi roman ke thriller seperti ini jarang sekali kita temui sebelumnya.
Walau bukan bintang kelas satu, namun para kastingnya mampu bermain memikat, khususnya dua tokoh utama yang diperankan Van Patten dan Adepo. Khususnya Patten, sang aktris memiliki potensi amat besar di masa datang. Sejak awal pun, ketika kedua sosok ini baru saling mengenal, chemistry keduanya sudah terjalin manis, walau dalam beberapa momen masih terasa canggung. Hubungan ras yang berbeda memang bisa menjadi pemakluman. Hanya anehnya, masak iya sih, keduanya baru saling mengenal setelah tinggal sekian lama di kota sekecil itu.
Dengan naskah brilian melalui kedalaman masing-masing karakternya, The Violent Heart masih menyisakan pukulan akhir mengejutkan yang langka untuk genrenya. Satu hal yang saya kagumi dalam film ini adalah bagaimana naskahnya mampu merangkai cerita melalui multi karakternya dan mengemasnya dalam satu kombinasi genre yang unik, roman dan thriller. Kisahnya begitu detil dan rapi serta mampu membuat kita larut sehingga sulit mengantisipasi arah cerita. Ah, andai saja David Fincher yang menggarap, bisa jadi filmnya menjadi lebih berkelas. Untuk level produksinya, film ini juga sudah terhitung sangat baik pencapaiannya.
Stay safe and Healthy!