The Willoughbys (2020)
90 min|Animation, Adventure, Comedy|22 Apr 2020
6.4Rating: 6.4 / 10 from 22,001 usersMetascore: 68
Convinced they'd be better off raising themselves, the Willoughby children hatch a sneaky plan to send their selfish parents on vacation. The siblings then embark on their own high-flying adventure to find the true meaning of family.

The Willoughbys adalah film animasi garapan Kris Pearn, yang diadaptasi dari buku berjudul sama karya Lois Lowry. Sementara sebagai pengisi suaranya adalah Will Forte, Martin Short, Alessia Cara, Jane Krakowsi, Maya Rudolph, Ricky Gervais, serta Terry Crews. Mampukah film animasi yang didistribusi oleh Netflix ini bersaing dengan studio besar lainnya? Rasanya berat, namun The Willoughbys menawarkan sesuatu yang segar, sekalipun kisah dan gayanya terlalu absurd. Naratornya saja bahkan dibawakan oleh seekor kucing.

Tradisi keluarga Willoughbys yang unik dan terhormat, secara turun temurun semakin memudar dan jauh dari hangatnya sebuah keluarga. Satu contoh sempurna adalah ayah dan ibu dari Tim, protagonis kita, yang sejak bayi tak pernah mendapat kasih sayang dari mereka. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa peduli pada Tim dan tiga adiknya, Jane dan si kembar Barnaby. Suatu ketika, Tim mendapat ide untuk mengusir orang tuanya dengan membuat mereka pergi berlibur. Ketika kebebasan sudah di depan mata, orang tua mereka ternyata mengirim seorang pengasuh yang amat dibenci oleh Tim.

Hanya membuat ringkasan plot di atas saja, saya sudah kelabakan. Kisahnya memang tidak semudah yang tertulis karena setiap belokan cerita, selalu tak terduga, dan sulit dinalar. Kisahnya, seolah tak memiliki konflik dan tujuan yang tegas karena setiap saat bisa berubah arah. Mau tak mau, penonton hanya bisa mengikuti alur, walau kita sendiri kadang tak bisa paham, apa yang diinginkan kisahnya. Frustasi adalah kata yang tepat. Tempo demikian cepat dengan adegan silih berganti yang tak jelas arahnya, tinggal hanya menunggu satu pencetan lembut pada tombol off remote untuk mematikan layar tv. Rasa penasaran selalu membatalkan niat tersebut. Ternyata sisi absurd ini pula yang memang menjadi poin besar filmnya.

Baca Juga  Foxtrot Six

Dengan gayanya yang absurd dan unik untuk target penonton dan genrenya, The Willoughbys pada akhirnya mampu menyampaikan pesan tentang keluarga yang menyentuh. Hidup Tim, Jane, dan si kembar Barnaby memang tak seindah yang mereka impikan. Brutal, absurd, dan segalanya di luar nalar. Apa salah mereka? Mereka cuma butuh kasih sayang dan cinta dari orang tua mereka. Kemasan kisah dan gaya visualnya, sangat efektif menggambarkan perspektif dunia dari bocah-bocah tak berdosa ini. Dunia yang kejam dan dingin tanpa kehangatan dan cinta. Namun, sedingin apapun puncak gunung akan selalu ada sinar matahari yang memancarkan kehangatan.

We don’t need a helicopter, because we’re family!”.

Hidup memang indah dengan segala keabsurdannya.

Stay Safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaPlanet of the Humans – English
Artikel BerikutnyaThe Willoughbys- English
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.