Thriller dengan setting dan ruang terbatas ala Hitchcock memang sudah lagi langka. Run yang rilis tahun lalu adalah satu contoh sempurna. Kini, Till Death mengekor dengan sisi ketegangan dan misteri yang tak kalah mencekam. Till Death digarap oleh sineas debutan S.K. Dale yang dibintangi Megan Fox. Fox setelah seri Transformers namanya kian meredup, dan terakhir bermain dalam dua film box-office adalah seri Teenage Mutant Ninja Turtles separuh dekade lalu. Melalui Till Death, Fox sepertinya mencoba mengangkat namanya kembali.
Hubungan Emma (Fox) dan suaminya, Mark sang milyuner, di ambang kehancuran akibat orang ketiga. Untuk melegakan hati suaminya, Emma terpaksa menerima ajakan untuk merayakan hari pernikahan yang ternyata pergi ke villa milik Mark di tepi danau. Pagi harinya, di luar dugaan sang suami bunuh diri dengan satu tangan Emma terborgol dengan jasad Mark. Di tengah salju serta kondisi villa yang kosong dan terisolir, Emma berusaha lepas dari situasi sulit tersebut.
Premisnya memang sungguh sangat memikat dan segar. Sisi misteri dan ketegangan, sejak peralihan babak cerita terjaga intensitasnya dengan sangat apik. Babak awal yang teramat membosankan, dan saya sampai mengira ini adalah film “sex” murahan, semua terbayar tuntas dengan pengembangan cerita yang amat memicu adrenalin. Sekali pun dengan minim tokoh dan lokasi yang hanya disitu-situ saja, kisahnya bergerak dinamis melalui satu ruang ke ruang lain dalam bangunan villa. Sisi ketegangan mampu dibangun dengan memainkan ruang demi ruang, dan unsur cuaca bersalju membuat pergerakan tokohnya semakin sempit. Tak ada jeda sama sekali setelah titik balik plotnya hingga klimaks. Semuanya terbangun rapi dan solid. Sentuhan estetik sang debutan pun juga makin menambah sisi ketegangan melalui komposisi, sudut, dan pergerakan kamera.
Till Death bermain dengan kisah, tokoh, dan setting terbatas yang berpadu apik dengan sisi misteri dan thriller-nya. Megan Fox bermain baik, dan ia memang pas bermain sebagai tokoh dalam situasi macam ini. Bisa jadi perannya ini, bisa membuatnya mendapatkan peran yang lebih besar. Saya jadi teringat film thriller sejenis, Vacancy (2007) garapan oleh Nimrod Antal yang kala itu merupakan debut Hollywood-nya sebelum akhirnya ia mengarahkan film franchise populer, Predators (2010). Bisa jadi sang debutan tinggal menunggu waktu sebelum mengarahkan film besar kelak. Sang sineas punya potensi skill yang masih bisa dipoles. Kita tunggu saja.