Recipe for a Song (2007)
N/A|Family|06 Oct 2007
Rating: Metascore: N/A
N/A

Thriller dengan setting dan ruang terbatas ala Hitchcock memang sudah lagi langka. Run yang rilis tahun lalu adalah satu contoh sempurna. Kini, Till Death mengekor dengan sisi ketegangan dan misteri yang tak kalah mencekam. Till Death digarap oleh sineas debutan S.K. Dale yang dibintangi Megan Fox. Fox setelah seri Transformers namanya kian meredup, dan terakhir bermain dalam dua film box-office adalah seri Teenage Mutant Ninja Turtles separuh dekade lalu. Melalui Till Death, Fox sepertinya mencoba mengangkat namanya kembali.

Hubungan Emma (Fox) dan suaminya, Mark sang milyuner, di ambang kehancuran akibat orang ketiga. Untuk melegakan hati suaminya, Emma terpaksa menerima ajakan untuk merayakan hari pernikahan yang ternyata pergi ke villa milik Mark di tepi danau. Pagi harinya, di luar dugaan sang suami bunuh diri dengan satu tangan Emma terborgol dengan jasad Mark. Di tengah salju serta kondisi villa yang kosong dan terisolir, Emma berusaha lepas dari situasi sulit tersebut.

Premisnya memang sungguh sangat memikat dan segar. Sisi misteri dan ketegangan, sejak peralihan babak cerita terjaga intensitasnya dengan sangat apik. Babak awal yang teramat membosankan, dan saya sampai mengira ini adalah film “sex” murahan, semua terbayar tuntas dengan pengembangan cerita yang amat memicu adrenalin. Sekali pun dengan minim tokoh dan lokasi yang hanya disitu-situ saja, kisahnya bergerak dinamis melalui satu ruang ke ruang lain dalam bangunan villa. Sisi ketegangan mampu dibangun dengan memainkan ruang demi ruang, dan unsur cuaca bersalju membuat pergerakan tokohnya semakin sempit. Tak ada jeda sama sekali setelah titik balik plotnya hingga klimaks. Semuanya terbangun rapi dan solid. Sentuhan estetik sang debutan pun juga makin menambah sisi ketegangan melalui komposisi, sudut, dan pergerakan kamera.

Baca Juga  Ghosts of War

Till Death bermain dengan kisah, tokoh, dan setting terbatas yang berpadu apik dengan sisi misteri dan thriller-nya. Megan Fox bermain baik, dan ia memang pas bermain sebagai tokoh dalam situasi macam ini. Bisa jadi perannya ini, bisa membuatnya mendapatkan peran yang lebih besar. Saya jadi teringat film thriller sejenis, Vacancy (2007) garapan oleh Nimrod Antal yang kala itu merupakan debut Hollywood-nya sebelum akhirnya ia mengarahkan film franchise populer, Predators (2010).  Bisa jadi sang debutan tinggal menunggu waktu sebelum mengarahkan film besar kelak. Sang sineas punya potensi skill yang masih bisa dipoles. Kita tunggu saja.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaThe Tomorrow War
Artikel BerikutnyaThe East
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.