Lebih dari 35 tahun setelah Top Gun (1986), kini sekuelnya Top Gun: Maverick dirilis. Maverick diarahkan oleh Joseph Kosinski yang kita kenal mengarahkan film fiksi ilmiah Tron: Legacy dan Oblivion. Produser kondang yang memproduseri film aslinya, Jerry Bruckheimer kini kembali, bersama sang bintang Tom Cruise sebagai produser. Selain Cruise, beberapa bintang top pun terlibat, sebut saja Miles Teller, John Hamm, Jennifer Connoly, Ed Harris, Glenn Powell, Lewis Pullman, hingga salah satu pemain aslinya Val Kilmer. Lalu, apakah sekuel berbujet lebih dari USD 150 juta ini setimpal dengan pendahulunya?
Setelah lebih dari 30 tahun berkarir di militer, Kapten Pete ‘Maverick’ Mitchell (Cruise) tak pernah berniat naik pangkat agar ia bisa duduk di kursi pilot pesawat jet sepanjang hidupnya. Sikapnya ini rupanya membawanya kembali ke tempat pelatihan pilot Top Gun, di mana ia kini harus melatih pilot-pilot muda berbakat. Di sana, ia harus menghadapi masa lalunya, ketika Bradley (Teller), putra Goose, rekan mantan kopilotnya yang tewas adalah salah satu pilot muda yang dilatihnya. Dengan segala keterbatasan waktu dan konflik batinnya, Pete harus mempersiapkan para pilot muda ini untuk menjalankan satu misi yang tidak masuk akal.
Bagi para fans Tom Cruise, sekuel Top Gun ini boleh dibilang adalah kombinasi 75% plot Top Gun + 25% plot Mission Impossible. Alur plotnya boleh dibilang merupakan pengulangan film pendahulunya, namun bukan berarti ini adalah satu hal yang buruk. Saya melihatnya ini justru sebagai tribute, dan Maverick di luar dugaan melewati batas ekspektasi sekuelnya. Ya, jujur saja, film ini jauh lebih baik dari seri pertamanya. Segmen klimaksnya adalah salah satu sekuen aksi paling menghibur dan menegangkan yang pernah ada, melalui aksi tempur pesawat Jet dengan sinematografi dan editing yang amat mengesankan. Sisi heroik yang berlebihan? Ya tentu saja, apa yang kamu harapkan dari film-film Tom Cruise?
Dengan segala tribute untuk film aslinya plus karisma sang bintang, Top Gun: Maverick adalah salah satu film aksi otentik yang paling menghibur di era milineal. Dijamin, segmen klimaksnya bakal membuatmu terpaku dan melupakan ekspektasi ending-nya karena saking intensnya. Maverick adalah layaknya film-film western klasik, di mana sang jagoan berjalan menuju matahari terbenam, dan kali ini, tentu saja ia tidak sendirian. Lupakan film pertamanya dan tonton film ini. Maverick adalah satu contoh ideal bagaimana sinema dalam performa terbaiknya mampu memberikan hiburan secara maksimal untuk penonton. Apa lagi setelah ini Tom? Sekuel Days of Thunder?