Umma adalah film horor garapan Iris K. Shim serta diproduseri produser kawakan Sam Raimi. Film ini dibintangi oleh Sandra Oh, Fivel Stewart, dan aktor kawakan, Dermot Mulroney. Film berdurasi 83 menit ini rilis pekan lalu di teater-teater lokal. Tanpa bujet dan bintang besar, plus sentuhan budaya Korea, apakah Umma mampu berbicara banyak untuk genrenya?
Amanda (Oh) adalah seorang imigran Korea yang tinggal bersama putrinya, Chris (Stewart), di wilayah pedesaan jauh dari kota besar. Mereka tinggal tanpa sentuhan modern (listrik) dan hidup dari menjual madu (ternak lebah) dan beternak ayam dengan dibantu penjualannya oleh Danny (Mulroney). Sang putri sendiri sebenarnya sudah tidak kerasan di sana selain hanya lantaran iba dengan sang ibu. Suatu hari, paman Amanda bertandang ke sana dan membawa abu jenasah ibunya yang meninggal di kampung halamannya. Sejak itu, Amanda selalu dihantui oleh roh sang ibu dan mulai bertindak agresif terhadap putrinya.
Kisah yang awalnya tampak menarik dalam perkembangan berjalan tanpa ada sesuatu yang berarti. Konflik antara ibu dan putrinya sebenarnya bisa dieksplor lebih jauh, namun naskahnya rupanya tak mampu membuat kisahnya menjadi sesuatu yang intens dan menggigit. Sosok Amanda tampak tanggung, berdiri di antara trauma masa lalu dan eksistensinya kini. Jasmaninya sehat tapi mentalnya tidak. Ia tidak bisa kompromi dengan listrik, mobil, telepon rumah, namun ia mampu tinggal di cuaca panas, lalu mengelola ternak lebah, ayam, hingga kebun yang luas. Ini terasa janggal dan tak banyak eksposisi tentang latar sosoknya.
Untuk apa dibuat serumit ini penokohan Amanda? Tanpa semua problem mental ini pun kisahnya bisa berjalan normal untuk mendukung konflik antara Amanda versus umma. Satu lagi yang belum bisa terjawab kuat, ada apa dengan sang umma hingga jauh-jauh tega meneror putri dan cucunya hingga sedemikian rupa? Apa sih salah mereka? Argumen ini rasanya tidak cukup dijelaskan dengan menyajikan suara-suara “kilas-balik” masa lalu Amanda dan ibunya. Semua tampak serba memaksa, pun kerenggangan hubungan antara Amanda dan Chris tidak mampu tergali dengan dalam.
Kisah tipikal horor ini juga tidak mampu didukung pula oleh pencapaian teknis yang memadai. Setting yang sudah mampu dibangun apik, tidak mampu menampilkan jump-scare yang mengigit. Trik jump-scare-nya juga tak ada lagi yang belum pernah kita tonton. Sentuhan estetik budaya Korea yang menjadi latar kisahnya, juga tidak mampu disajikan kuat, selain hanya sosok “Ibu” yang mengenakan busana Hanbok. Satu contoh bagus, The Curse of La Llorona yang menjadi bagian dari Conjuring Universe, memiliki sentuhan budaya dan tradisi Amerika Latin yang kuat yang membedakan dengan seri lainnya. Umma tak mampu melakukan ini.
Umma adalah satu percobaan horor yang gagal selain mudah diantisipasi, baik plot maupun trik horornya, juga gagal memanfaatkan budaya Korea yang menjadi latar kisah filmnya. Sejak awal sudah terlihat bahwa poin (pesan) kisahnya adalah menyoal hubungan ibu dan putrinya. Amanda memaksa Chris untuk hidup selamanya dengan sang ibu tanpa bisa memahami kebutuhan putrinya. Problem ini pula yang terjadi dulu antara umma dan Amanda. Lalu dengan plot horor yang ditawarkan Umma, apa kamu mampu merasakan pesannya dengan kuat?