Rise of the Guardians (2012)
97 min|Animation, Action, Adventure|21 Nov 2012
7.2Rating: 7.2 / 10 from 199,122 usersMetascore: 58
When the evil spirit Pitch launches an assault on Earth, the Immortal Guardians team up to protect the innocence of children all around the world.

Film yang membicarakan dongeng turun-temurun seperti Santa Claus, Jack Frost, Tooth Fairy, serta lainnya sepertinya sudah tak terhitung jumlahnya. Namun belum ada film yang menampilkan semua karakter dongeng ini secara sekaligus. Rise of the Guardians menampilkan hampir seluruh karakter dongeng barat dengan segala atribut dan keunikannya. Dalam kisah filmnya secara singkat, Jack Frost (Pine), harus memimpin rekan-rekannya untuk melawan Pitch (Law) yang berniat membuat seluruh anak-anak hidup dalam kegelapan dan rasa takut. Seperti film anak-anak lazimnya, kisahnya berjalan ringan serta ending yang tak sulit ditebak.

Kisahnya harus diakui memang cukup menarik dan menyentuh namun budaya penonton kita yang tidak akrab dengan karakter-karakter dongeng barat ini membuat “jarak” antara penonton dengan filmnya. Terlebih latar belakang masing-masing tokoh memang tidak ditonjolkan kecuali karakter Jack Frost. Agak terasa janggal juga melihat karakter-karakter besar dan populer ini muncul dalam satu kisah. Visualisasi masing-masing tokoh pun mungkin tidak seperti yang dibayangkan orang namun ini rasanya bukan masalah.

Awal kisah yang sedikit membosankan pada awalnya sedikit demi sedikit mulai menarik sejalan kisahnya. Lambat laun penonton mulai bisa bersimpati dengan tokoh-tokohnya. Tema “team works” sejenis ini memang bukan hal baru lagi namun film ini memiliki poin berbeda yakni masalah eksistensi. Sejalan dengan bertambahnya umur anak-anak menjadi dewasa mereka semakin tidak percaya dengan tokoh-tokoh dongeng ini lagi. Mereka bisa menghilang seperti Jack Frost yang tak bisa terlihat di mata manusia. Film ini secara sederhana mengingatkan akan kekuatan imajinasi dan harapan yang membuat kita bisa eksis dalam kehidupan ini.

Baca Juga  Pan

Rise of the Guardians bisa jadi memang untuk tontonan anak-anak, namun penonton dewasa rasanya bisa menikmati film ini lebih baik. Problem para Guardians adalah problem orang dewasa. Dengan gambar dan sekuen aksi yang memanjakan mata rasanya film ini sudah cukup menghibur. Namun, untuk bersaing dengan film-film animasi lain dalam ajang Academy Awards tahun depan rasanya masih sulit.

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaPerahu Kertas 2, Hanya sekedar “Berlabuh”
Artikel BerikutnyaBest Bond Girls
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.