Era Emas Sinema Filipina
Tecatat dekade 50-an dan 60-an adalah era emas sinema Filipina. Industri film Filipina tercatat adalah salah satu negara yang paling produktif dan tersibuk di Asia dengan produksi lebih dari 300 film per tahun. Studio-studio film Filipina mengadopsi sistem studio Hollywood sehingga bermunculan studio-studio besar seperti, Sampaguita, LVN, Premiere, dan Lebran International. Studio-studio ini mengontrak sineas-sineas kawakan serta bintang-bintang besar yang populer pada masa ini, sebut saja sineas-sineas seperti Lamberto Avellana, Gerardo de Leon, Eddie Romero, serta bintang-bintang seperti Carmen Rosales, Leopoldo Salcedo, Rogelio dela Rosa, Manuel Conde, serta lainnya.
Empat studio besar diatas tercatat memproduksi film-film penting pada masanya dan memiliki karakternya masing-masing. Sampaguita memproduki film-film kelas atas dan glamor, seperti Maalaala Mo Kaya (1954). LVN memproduksi bertema komedi perkotaan, musikal, hingga film-film sosial seperti Anak Dalita (1956) danĀ Biyaya ng Lupa (1959). Sementara Premiere banyak memproduksi film-film aksi berkualitas, macam Sawa sa Lumang Simboryo (1952) serta Huwag Mo Akong Limutin (1959). Film epik sejarah berbujet besar, Genghis Khan (1952) konon tercatat menjadi film Asia pertama yang diputar di Venice dan Cannes Film Festival.
Pada era emas ini pula genre-genre film yang diproduksi semakin bervariasi tidak terbatas pada adaptasi pertunjukan lokal (zarzuela) seperti era sebelumnya. Genre-genre yang populer antara lain, petualangan, fantasi, melodrama, komedi, western, hingga bomba (soft porn) yang populer pada era 60-an. Adaptasi populer pada era ini adalah adaptasi komik yang kala itu komik merupakan hiburan murah yang sangat populer di masyarakat. Adapun film-film adaptasi komik yang sangat populer antara lain, Hagibis, Malvarosa, Roberta, El Indio, dan puluhan lainnya. Film-film Hollywood sendiri juga masih mendominasi pasar lokal sehingga banyak sineas lokal mengadopsi formula Hollywood dalam film-filmnya, seperti imitasi James Bond. Pada masa ini juga tercatat diproduksi film berwarna lokal pertama, Prinsipe Amante (1951) yang konon dianggap sebagai film Asia pertama yang diproduksi berwarna penuh.