Era Emas Sinema India
 
Dekade 30-an dan 40-an merupakan era yang penuh kekacauan di India, terutama akibat perang dunia kedua, era depresi, serta gerakan India merdeka (dari Inggris). Namun anehnya faktor-faktor ini tidak banyak berpengaruh pada industri film secara menyeluruh. Mumbai semakin memperkokoh dirinya menjadi pusat industri melalui film-film populer mereka seperti, Madhuri (1932), Anarkali (1935), dan Devdas (1935). Teknologi baru juga masuk dengan cepat, tercatat setelah sukses Alam Ara, Ardeshir Irani memproduksi film berwarna India pertama, Kisan Kanya (1937). Sementara sineas V. Shantaram adalah sineas berpengaruh pada era ini melalui film-film seperti, Ayodhya Ka Raja (1932), Amirt Manthan (1934), dan Admi (1939).
Pada era 30-an hingga 40-an, industri film India secara umum dan Mumbai khususnya (populer dengan Bollywood), mengadopsi penuh sistem studio Hollywood. Para pembuat film tidak bisa leluasa dalam memproduksi film karena visi mereka dibatasi oleh para pemilik studio. Ketika sistem studio mulai mengendur di akhir 40-an para produser semakin sulit memproduksi film, dan para sineas harus menanggung biaya produksi film secara independen. Film menjadi semakin sedikit diproduksi namun justru pada era inilah muncul talenta-talenta baru yang menjadi motor penggerak era emas sinema India, seperti Raj Kapoor, Guru Dutt, Bimal Roy, dan Mehboob Khan.
Raj Kapoor pada era emas ini memproduksi film-film “musikal” Hindi terbaik sepanjang masa, seperti Awara (1951), Shri 420 (1955), and Jagte Raho (1957) yang sukses baik kritik maupun komersil. Awara bahkan sukses meraih nominasi Grand Prize dalam Festival Film Cannes. Film-film karya Kapoor seringkali mengangkat tema sosial, perpecahan kelas pada masyarakat India. Sineas jenius, Guru Dutt memproduksi film-film terbaiknya di era ini, yakni Pyaasa (1955) dan Kaagaz ke Phool (1957), dimana ia sendiri bermain pula sebagai aktor utama di kedua filmnya. Bimal Roy memproduksi Do Bigha Zamin (1954), Devdas (1955), serta Sujata (1959). Mehbob Khan menggarap film epik, Mother India (1957) yang sukses untuk pertama kali film India meraih nominasi Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik.
Film-film masterpiece era emas ini merupakan contoh terbaik dari film-film yang mungusung sinema populer yang kelak diistilahkan film masala. Masala diambil dari bahasa Hindi yang bermakna campuran beragam bumbu. Melodrama yang menyentuh, unsur roman, aksi, komedi, lagu dan tarian yang digarap dengan apik, serta aktor-aktris yang penuh pesona, seluruhnya berpadu menjadi sebuah tontonan yang amat menghibur.

1
2
3
4
5
Artikel SebelumnyaPather Panchali, Film Neorealisme ala Bengali
Artikel BerikutnyaDari Redaksi mOntase
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.