Sinematek Indonesia merupakan yayasan nonprofit yang bergerak dalam pengarsipan semua hal yang terkait dengan perkembangan film Indonesia. Lembaga yang dahulu didirikan oleh salah satu tokoh perfilman Indonesia, Misbach Yusa Biran ini sekarang bertempat di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Koleksinya meliputi film-film Indonesia dari masa ke masa sejak era film hitam putih, film berwarna, hingga film produksi terkini. Media koleksinya pun beragam, mulai dari rol film (seluloid), Kaset Video Betamax, kepingan VCD, hingga kepingan DVD. Sinematek merupakan “perpustakaan” film Indonesia yang tak banyak dilirik, padahal banyak sekali film-film Indonesia yang tak ada di pasaran tersimpan dan terarsip dengan baik di sini. Suasananya yang dingin dan sepi dari pengunjung seperti jauh dari keramaian geliat para insan film.

Sinematek juga memiliki laboratorium film yang merawat rol-rol film yang umurnya sudah uzur. Pihak sinematek kini berupaya untuk mentransfer semuanya dalam format DVD. Rol-rol film tersebut disimpan dalam gudang penyimpanan di “basement” dengan suhu rata-rata 9 derajat Celsius yang harus terus terjaga selama 24 jam supaya rol film tidak rusak. Rol film yang tersimpan terdiri dari rol film berukuran 8 mm, 16mm, 35mm, hingga 70 mm, namun paling banyak koleksinya berukuran 35mm. Suhu terus dipantau secara periodik untuk mengetahui perubahan suhu dengan bantuan alat khusus. Peralatan film lawas macam kamera seluloid, lampu, proyektor film, hingga alat editing analog yang dipakai untuk mengecek rol film juga tersimpan baik di laboratorium maupun di etalase pamer.

12735889_10153619047108557_63628373_n

Pihak Sinematek memfasilitasi para peneliti, mahasiswa film, serta insan film baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk melakukan penelitian atau kajian film-film Indonesia. Kita bisa dengan mudah menonton film yang sedang menjadi bahan kajian kita dalam ruang eksibisi khusus untuk menonton film dengan media DVD. Film-film era emas perfilman Indonesia dengan sutradara-sutradara kawakan seperti Teguh karya, Sjuman Djaya, Wim Umboh, Nya Abbas Acup, dan lainnya, semuanya ada dalam koleksi Sinematek. Pelayanan yang baik dan hangat dari para karyawan membuat kita betah untuk meneliti disana. Kita hanya memilih judul film yang kita ingin kita tonton maka mereka akan mencarikannya untuk kita. Bahkan kadang mereka mampu memberi rekomendasi dalam memilih film.

Baca Juga  Box Office 2019: Dominasi Disney

Tidak hanya koleksi film semata namun terdapat pula perpustakaan khusus film baik terbitan dalam maupun luar negeri. Buku-buku film yang tersedia mencakup sejarah perfilman, pengetahuan umum tentang film, serta teknis produksi film seperti pembuatan naskah film, penyutradaraan, sinematografi, editing, serta lainnya. Hal yang disayangkan koleksi buku-buku film tersebut tidak update dengan buku-buku terbitan baru. Salah satu koleksi penting di perpustakaan tersebut adalah arsip skenario film-film Indonesia yang terarsip dengan sangat baik. Jika semisal kita mengkaji sebuah film Indonesia dan perlu merujuk naskahnya maka naskahnya hampir pasti tersedia disini.

12746439_10153619047118557_982780020_n

Kearsipan film Indonesia menjadi sangat penting untuk menjadi rujukan bagi para peneliti sejarah film Indonesia di bidang apapun atau untuk mempelajari karakter dan gaya sutradara dari era ke era. Kontekstualisasi sejarah menjadi penting untuk menunjukkan posisi perfilman indonesia dari sisi kuantitas maupun kualitas. Sinematek Indonesia menjadi tonggak perfilman Indonesia yang tak melupakan sejarahnya. Dengan segala keterbatasannya Sinematek Indonesia tetap berupaya mempertahankan keberadaaannya.

Dukungan signifikan dari pemerintah baik materi maupun moril sangat diperlukan untuk terus melestarikan dan menjaga lembaga kearsipan film yang amat penting ini. Perawatan rol film yang tidak murah, manajemen kearsipan, serta segala fasilitasnya amat perlu adanya bantuan dari pemerintah untuk mendukung pengelolaan kearsipan yang terpadu. Website Sinematek Indonesia bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional menjadi awal titik terang untuk mempermudah akses masyarakat terhadap arsip serta data-data yang tersimpan di Sinematek. Dukungan pemerintah terhadap industri film tidak melulu hanya ditujukan pada aspek produksi dan distribusi film saja namun juga perlu untuk kearsipan film. Pengembangan industri perfilman Indonesia menjadi agenda besar yang perlu dirancang. Salah satunya dimulai dengan membenahi lembaga kearsipan yang telah ada ini untuk kemajuan perfilman Indonesia.

Website: http://perfilman.perpusnas.go.id/

Artikel SebelumnyaTalak 3
Artikel BerikutnyaDeadpool Melewati Ekspektasi
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.