Shazam! adalah film ketujuh dari DC Extended Universe (DCEU) yang kini mulai menggeliat setelah Justice League yang dianggap gagal secara kritik dan komersial. Shazam! diarahkan oleh sineas muda berbakat yang karirnya kini tengah melejit, David F. Sandberg, setelah menggarap Lights Out (2016) dan Annabelle: Creation (2017). Uniknya, film ini kembali diproduseri oleh Peter Safran yang juga memproduksi raksasa box-office, Aquaman (arahan James Wan). Safran adalah produser spesialis horor yang menggarap The Conjuring Universe, yang kita tahu Wan dan Sandberg juga terlibat di sana. Melalui tangan dingin Safran, DCEU kini mulai berjalan ke arah yang benar.
Billy Batson adalah seorang anak panti asuhan yang beberapa kali lari dari orang tua asuhnya. Setelah kembali berurusan dengan polisi, Billy kini diadopsi oleh sepasang orang tua angkat yang unik dengan lima anak asuhnya. Suatu ketika, Billy masuk ke alam gaib yang menjadikannya sosok superhero berfisik dewasa bernama Shazam. Bersama Freddie, saudara angkatnya yang fanatik dengan tokoh superhero, Billy mulai mencoba beradaptasi dengan kekuatan barunya.
Bagi yang akrab dengan seri DC Animation, bisa jadi sudah tahu persis siapa Shazam dan apa kemampuan supernya karena ia beberapa kali muncul dalam seri animasi Justice League. Namun, siapa sangka, sosok super ini ternyata memiliki latar belakang yang unik. Baik Shazam (Billy) maupun sang antagonis (Thad Silva), latar sosok keduanya mampu ditampilkan secara efektif melalui kilas-balik. Tidak hingga Shazam muncul, kisahnya berubah drastis dengan tone komedi yang sangat menghibur! Seisi bioskop yang full house pada sesi pemutaran midnight, sontak riuh rendah melihat bagaimana Billy dan Freddie bereksperimen dengan kekuatan Shazam. Sampai momen ini, saya sempat berpikir ini adalah salah satu film superhero terbaik yang pernah saya tonton. Sisi komedinya sungguh luar biasa edan!
Sementara sang antagonis justru sebaliknya, walau memiliki latar yang cukup, namun tetap saja saya sulit untuk memahami aksinya. Aksi di kantor sang ayah, setelah Thad mendapat kekuatan supernya, agak sedikit terasa absurd bagi saya dan sangat tak perlu. Ini terlalu berlebihan untuk sosok supervillain sekali pun. Secara umum pun, alur kisahnya memang tak sulit untuk kita antisipasi dari momen ke momen. Sayangnya pula, setelah lebih dari separuh cerita, plotnya terasa sedikit mengulur dan aksi-aksi Billy terasa repetitif. Puncaknya, pada titik balik cerita kedua (3/4 durasi cerita), kisahnya semakin menurun dengan adegan klimaks yang sedikit antiklimaks.
Poin lebih jelas terletak pada permainan menawan dua tokoh utama, dua bintang cilik, Asher Angel (Billy) dan khususnya, Jack Dylan Grazer (Freddie) bermain sangat istimewa dalam membangun chemistry-nya antara keduanya. Pencapaian CGI jelas tak perlu banyak komentar lagi meski bukan yang terbaik di genrenya. Tone warna film yang cerah, kini jelas bakal menjadi formula reguler DCEU setelah terbukti sukses dengan Wonder Woman dan Aquaman. Terakhir, tentu adalah gaya penyutradaraan sineas yang berkelas. Kemampuan Sandberg mengemas adegan sederhana menjadi sesuatu yang istimewa memang patut diacungi jempol. Karirnya memang berjalan mulus sejak film horor pendek fenomenalnya, Lights Out. Saya tertawa kecil, ketika judul film ini muncul dalam sebuah dialognya.
Shazam! adalah satu capaian segar dari genre superhero dengan sosoknya yang unik serta kisah yang ringan, hangat, dan menghibur, namun sayangnya sedikit dikecewakan dengan babak akhir cerita yang agak mengendur. DCEU kini jelas menemukan momentum baru. Siapa tahu sukses komersial Aquaman dan Shazam!, bakal mampu mengembalikan dua bintang besarnya, Henry Cavill dan Ben Affleck untuk bermain dalam seri ini (walau nyaris mustahil). Sosok Batman dan Superman mungkin sudah lewat masanya. Mereka sudah terlalu sering muncul dalam medium film dalam empat dekade terakhir. Hanya selintas muncul dalam film-film DCEU yang lain, rasanya sudah cukup mengobati kerinduan para fansnya. Semoga momentum bagus DCEU dapat dimanfaatkan film-film mereka selepas ini untuk bisa melawan rival terberat mereka. Saya sangat berharap, Safran kelak bisa memproduseri Justice League Dark yang memiliki nunasa horor kental, mengingat reputasi sang produser di ranah genre ini, entah siapa pun sineasnya.
WATCH TRAILER
Ntapp
Salah satu scene di Babak akhir nya bikin applause sih, ya maklum lah billy Kan superhero yg ga Jago seni beladiri, jadi ya gitu… Tapi puas karena salah satu scene itu… Dan sivana jg disinggung melebihi supervillain di dalam salah satu dialog karena kekuatan pure evil nya, jadi ya membabi buta gitu.