Single (2015)

127 min|Comedy, Romance|17 Dec 2015
6.7Rating: 6.7 / 10 from 823 usersMetascore: N/A
A single man desperately looking for a girl that brings him into an unforgettable journey.

Kisah bermula dari tiga sahabat, Ebi, Wawan, dan Victor yang tinggal satu kos dan tinggal bersama. Di antara ketiganya hanya Ebi (Raditnya Dika) yang masih single. Desakan dari mamanya serta dukungan kedua temannya Ebi yang kesepian berusaha mencari pasangan. Di saat usaha Ebi tak berbuah apapun, datang seorang gadis, Angel (Annisa Rawles) yang menjadi anak kos baru. Pada pandangan pertama Ebi langsung terkesima dan salah tingkah. Dengan bantuan dari rekan-rekannya, Ebi berusaha untuk mendekati Angel.

Single merupakan film komedi romantis yang cukup menghibur dengan dialog dan joke ala stand up comedy. Walaupun kadang banyolan-banyolan yang diungkapkan kurang padu dalam konteks cerita namun tetap saja mampu membuat seisi bioskop tertawa terbahak-bahak. Masalah cerita menjadi kajian menarik dalam filmnya. Sejak awal hingga paruh film, cerita dibangun pelan-pelan, intens, serta fokus pada permasalahan utama yang membuat penonton mudah masuk dalam masalah yang dihadapi karakternya. Seperti, adegan di restoran serta klub malam sangat efektif menunjukkan masalah Ebi yang merasa kurang nyaman dengan status single-nya, lugu, serta kurang percaya diri berhadapan dengan cewek.

Sejak kemunculan teman lama Angel bernama Bang Joe, yang juga menaruh hati pada sang cewek, cerita justru sedikit membosankan. Cerita hanya berkutat pada bagaimana Ebi dan Bang Joe menarik perhatian Angel. Apalagi tempo film mulai dipercepat hingga mengabaikan proses alur cerita membuat proporsi adegan menjadi kurang pas. Perpindahan plot Jakarta ke plot Bali agak sedikit memaksa karena tanpa ada proses bagaimana Ebi mengajak Angel. Tidak ada motivasi kuat mengapa adegan harus dalam setting Bali menjadikan hanya terkesan supaya wah saja. Segala suasana di Bali sebenarnya bisa dijadikan media untuk meningkatkan intensitas dramatik, misalkan lebih mendekatkan tokoh Angel dan Ebi dalam satu momen tertentu. Namun sayangnya, lagi-lagi yang lebih ditonjolkan adalah persaingan Ebi dan Bang Joe, seperti adegan skydiving. Satu adegan di Bali cukup menyentuh ketika Ebi keliru menyobek surat yang berharga bagi Angel yang lantas membuatnya sedih. Ebi merasa sangat bersalah dan sejak adegan ini justru cerita mulai intens kembali.

Baca Juga  Negeri 5 Menara

Selain masalah di atas, ada pula beberapa plot yang seharusnya bisa digali lebih dalam, yaitu bagaimana Ebi yang mendadak tampil natural pada stand up comedy. Bagaimana prosesnya dan darimana ia mengasah skill-nya? Alangkah baiknya dijelaskan detil dalam alur cerita sejalan dengan plot Ebi mendekati Angel. Terlepas dari kekurangannya, adegan romantis disajikan manis untuk membangun tone filmnya. Adegan pesta pernikahan lalu berganti stand up comedy menjadi sebuah konklusi dari filmnya untuk memaknai kata ”single” dan ending pun berakhir amat manis.

Tone romantis film ini dibangun pula dengan musik serta soundtrack lagu yang sendu dan pas membangun suasana di tiap adegannya. Adegan opening credit perjalanan pulang Ebi dalam mobil, yang diiringi sebuah lagu dan dinyanyikan Ebi dengan suara sumbang sangat pas menggambarkan Ebi yang sedang galau. Tokoh-tokohnya dibangun melalui nama-nama yang telah populer sebagai stand up comedian yang menjamin suksesnya film ini. Karakter Ebi yang lugu, tulus, serta sering grogi diperankan pas oleh sang sutradara sendiri. Karakter Wawan yang sok bijak juga pas diperankan oleh Panji. Karakter kocak dan konyol Victor juga pas diperankan oleh Babe. Sayangnya, setting eksotis di Bali terlihat hanya sebagai tempelan saja, tidak dipadukan dengan konteks ceritanya.

Watch Trailer

Artikel SebelumnyaAlasan Star Wars: The Force Awakens adalah Sekuel yang Buruk
Artikel BerikutnyaSunshine Becomes You
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.