Sisu adalah film aksi perang yang ditulis dan digarap oleh sineas asal Finlandia, Jalmari Helander. Film ini dibintangi oleh aktor-aktor kawakan asal Eropa Timur, yakni Jorma Tommila, Aksel Hennie, serta Jack Doolan dan Mimosa Willamo. Film ini memulai debutnya pada Bulan September tahun lalu di ajang Toronto International Film Festival dan menuai banyak pujian kritikus. Film ini belum lama dirilis oleh platform Prime Video. Sejauh mana film aksi perang nan brutal ini memberi sentuhan baru bagi genrenya?

Pada masa Perang Dunia Kedua di Finlandia, seorang penambang tua (Tommila) menemukan sebongkah besar emas dalam galiannya. Ia membawa semua emas tersebut dalam bongkahan kecil yang ia bawa dengan kudanya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan satu peleton pasukan Jerman dengan segala artileri beratnya yang menyekap pula beberapa gadis muda lokal dalam salah satu truknya. Sang pimpinan (Hennie) tidak menaruh perhatian karena lelaki tua itu dianggap bukan ancaman. Namun tidak untuk beberapa pasukan Jerman yang tertinggal jauh di belakangnya. Mereka menemukan emas di kudanya, dan ketika akan mengeksekusinya, sang lelaki tua justru berbalik menghabisi mereka semua. Pasukan di depan pun kembali dan menemukan secuil emas di antara mayat-mayat rekan mereka. Sontak sang lelaki tua pun diburu oleh mereka. Rupanya mereka memburu orang yang salah. Belakangan diketahui bahwa lelaki tua tersebut ternyata adalah seorang perwira legendaris bernama Aatami Korpi dengan julukan “Koschei”, yang konon pernah membantai 300 pasukan musuh hanya seorang diri.

Tanpa banyak dialog, film ini berjalan nonstop tanpa henti bak serombongan serigala memburu mangsanya. Plotnya simpel sekali, yakni bagaimana Korpi mampu bertahan hidup serta merebut kembali apa yang menjadi miliknya. Tanpa basa-basi, kita disuguhi aksi-aksi brutal yang sering kali tak nyaman dipandang mata karena saking sadisnya. Semua disuguhi secara realistik. Ledakan-ledakan ranjau yang menghancurkan tubuh manusia hingga luka-luka sobekan digambarkan secara eksplisit. Belum lagi adegan aksi tiang gantung yang mencengangkan. Banyak film menyuguhkan ini, namun situasi dan latar set kisahnya membuat semua menjadi berbeda.

Baca Juga  Jeepers Creepers: Reborn

Satu aspek teknis yang menonjol adalah sisi sinematografinya. Didominasi shot-shot lebar dengan komposisi terukur, Sisu menyuguhkan satu aksi pengejaran dengan begitu dramatis berlatar pegunungan, hutan, dan padang nan luas. Beberapa shot pun memiliki makna lebih. Satu adegan mengejutkan adalah ketika tentara Nazi menggunakan dua perempuan di depan tank untuk diumpankan pada jalan yang penuh ranjau. Satu poin lagi tentunya adalah performa sang bintang gaek, Jorma Tormilla yang bermain dingin sebagai Korpi yang begitu beringas, serta pula mencuri perhatian adalah aktor kawakan Aksel Hennie sebagai sang komandan SS yang bengis.

Dengan sajian brutalnya, Sisu menyajikan plot “Rambo” era PD 2 dengan naskah segar nan efektif plus sinematografi menawan. Walau kelewat absurd pada segmen klimaksnya, Sisu merupakan tontonan langka dari negeri seberang yang sama menghiburnya dengan film-film barat populer sejenis. Bagi para fans aksi, khususnya perang, tak boleh melewatkan film istimewa yang satu ini.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaFast X
Artikel BerikutnyaKajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Pada tahun yang sama, ia juga menjadi pengajar intensif Mata Kuliah Kritik Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.