Spider-Man: Across the Spider-Verse (2023)
140 min|Animation, Action, Adventure|02 Jun 2023
8.6Rating: 8.6 / 10 from 403,762 usersMetascore: 86
Miles Morales catapults across the multiverse, where he encounters a team of Spider-People charged with protecting its very existence. When the heroes clash on how to handle a new threat, Miles must redefine what it means to be a ...

Spider-Man Across the Spider-Verse termasuk film yang dinanti para fansnya setelah sukses Spider-Man into the Spider-Verse (2018). Film ini digarap oleh trio sineas debutan Joaquim Dos Santos, Kemp Powers, dan Justin K. Thompson dengan bujet sebesar USD100 juta. Film masih diisi suara oleh  Shameik Moore, Hailee Steinfeld, serta didukung Brian Tyree Henry, Luna Lauren Vélez, Jake Johnson, Jason Schwartzman, Issa Rae, Karan Soni, Daniel Kaluuya serta Oscar Isaac. Lantas bagaimana pencapaian film ini ketimbang film pertamanya?

Sejak peristiwa multiverse silam, Miles Morales (Moore) kini sibuk dengan rutinitasnya sebagai sosok penolong warga Kota New York yang membuatnya berjarak dengan orang tuanya. Sementara itu The Spot (Schwartzman), sosok supervillain dengan kemampuan membuka portal “ruang”, berbuat ulah, dan tak butuh lama bagi Miles untuk membekuknya. Namun ini justru membuka potensi The Spot yang kini mampu menyeberang multiverse dengan mudahnya. Sementara Miles secara mengejutkan dikunjungi oleh dambaan hatinya, Gwen Stacy (Steinfield) dari semesta alternatif lain. Usut punya usut, Gwen kini rupanya menjadi member penjaga multiverse (Spider-community) yang dipimpin oleh Miguel O’Hara alias Spider-Man 2099. Miles pun terseret dalam kemelut multiverse yang rupanya didalangi oleh The Spot.

Sejak seri pertama, seri Spider-verse ini adalah bukan tontonan mudah. Saya bukan fans berat komiknya, namun titik berat pada cerita film adalah satu hal mudah yang bisa kita pegang. Saya tidak pernah memasalahkan konsep multiverse dalam kemasan visual yang menakjubkan ini, namun adalah latar sosok Miles. Siapa dan mengapa Miles mampu memiliki kekuatan bak dewa? Semua tipikal plot film superhero memiliki ini: pengorbanan dan penderitaan. Nah, satu hal yang belum terjawab di film pertamanya, rupanya terjawab dalam sekuelnya. Ini yang menjadi pembeda besar.

Baca Juga  Suzume

Miles dan Gwen kini mendapat porsi lebih dan chemistry di antara mereka terjalin lebih intim. Pun demikian hubungan keduanya dengan orang tua mereka. Hubungan Miles dengan ayah ibunya, serta Gwen dengan sang ayah mendapat tempat lebih dan menyentuh. Namun problema terbesar Miles dan Gwen bukan hanya ini.

Dalam pengembangan kisahnya, Miles dan Gwen dihadapkan pada masalah hidup-mati yang mempertaruhkan nasib seluruh semesta. Hubungan Miles dengan Gwen dan rekan-rekan lamanya juga berada di ujung tanduk. Miles yang terhitung masih bocah harus berhadapan dengan masalah demikian hebat yang harus ia tanggung sendiri. Problema terbesarnya rupanya adalah dirinya sendiri. Ini adalah level kedalaman cerita yang tidak dimiliki sebelumnya. Sebuah tes fisik dan mental maha berat, yang sayangnya, kita harus bersabar untuk mendapat kisah lanjutannya. Satu-satunya kelemahan Spider-Man Across the Spider-Verse hanyalah ini.

Pencapaian visual yang penuh warna dan enerjik pada film sebelumnya terdapat semua di sini. Perpaduan editing cepat dan musik yang rancak mengiringi tiap adegannya. Bahkan kini, kita diajak untuk berkunjung ke beberapa semesta alternatif yang memiliki nuansa yang berbeda, termasuk Venom (pssst.. ini bukan spoiler). Bagi penikmat komiknya, seperti dirujuk langsung (komik) dalam banyak adegannya, Across the Spider-Verse menyajikan karakter-karakter Spider-Man baru yang eksentrik, macam Spider-Man India hingga Spider-Man Punk. Puluhan, bahkan ratusan karakter Spiderman bersliweran di mana-mana. Para penikmat komiknya bisa jadi bakal menggila.

Spider-Man Across the Spider-Verse adalah satu pencapaian langka yang melebihi seri pertamanya melalui kemasan visual enerjik dan sisi drama menyentuh di tengah hingar-bingar dan kemelut multi-verse-nya. Film ini adalah sebuah hiburan lengkap bagi para penikmat film sejati, namun rasanya tidak untuk penonton awam (terlebih anak-anak). Untuk memahami konsep plotnya memang butuh wawasan kuat tentang multiverse yang kini tengah tren. Multiverse adalah satu konsep cerita yang kompleks dan absurd yang tidak bisa hanya dipahami melalui satu dua film saja. Konsep ini ibarat pisau bertama dua yang bisa membuat segalanya menjadi lebih baik atau membunuh plotnya. Spider-Man Across the Spider-Verse menggunakannya dengan bijak dan gaya berkelas. Apakah menjamin Piala Oscar untuk kategori animasi? Rasanya begitu. Mari bersabar menanti Spider-Man Beyond the Spider-Verse.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaKandahar
Artikel BerikutnyaSpirit Doll
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. Yang ini durasinya lama tapi konten ceritanya ditipisin. Yang bikin lama adalah action-action di paruh pertama, fan service, dan subplot basa-basi di universenya Miles. Film kelar sebelum aksi terjadi juga bikin nanggung & geregetan. 8/10.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.