Spider-Man Across the Spider-Verse termasuk film yang dinanti para fansnya setelah sukses Spider-Man into the Spider-Verse (2018). Film ini digarap oleh trio sineas debutan Joaquim Dos Santos, Kemp Powers, dan Justin K. Thompson dengan bujet sebesar USD100 juta. Film masih diisi suara oleh Shameik Moore, Hailee Steinfeld, serta didukung Brian Tyree Henry, Luna Lauren Vélez, Jake Johnson, Jason Schwartzman, Issa Rae, Karan Soni, Daniel Kaluuya serta Oscar Isaac. Lantas bagaimana pencapaian film ini ketimbang film pertamanya?
Sejak peristiwa multiverse silam, Miles Morales (Moore) kini sibuk dengan rutinitasnya sebagai sosok penolong warga Kota New York yang membuatnya berjarak dengan orang tuanya. Sementara itu The Spot (Schwartzman), sosok supervillain dengan kemampuan membuka portal “ruang”, berbuat ulah, dan tak butuh lama bagi Miles untuk membekuknya. Namun ini justru membuka potensi The Spot yang kini mampu menyeberang multiverse dengan mudahnya. Sementara Miles secara mengejutkan dikunjungi oleh dambaan hatinya, Gwen Stacy (Steinfield) dari semesta alternatif lain. Usut punya usut, Gwen kini rupanya menjadi member penjaga multiverse (Spider-community) yang dipimpin oleh Miguel O’Hara alias Spider-Man 2099. Miles pun terseret dalam kemelut multiverse yang rupanya didalangi oleh The Spot.
Sejak seri pertama, seri Spider-verse ini adalah bukan tontonan mudah. Saya bukan fans berat komiknya, namun titik berat pada cerita film adalah satu hal mudah yang bisa kita pegang. Saya tidak pernah memasalahkan konsep multiverse dalam kemasan visual yang menakjubkan ini, namun adalah latar sosok Miles. Siapa dan mengapa Miles mampu memiliki kekuatan bak dewa? Semua tipikal plot film superhero memiliki ini: pengorbanan dan penderitaan. Nah, satu hal yang belum terjawab di film pertamanya, rupanya terjawab dalam sekuelnya. Ini yang menjadi pembeda besar.
Miles dan Gwen kini mendapat porsi lebih dan chemistry di antara mereka terjalin lebih intim. Pun demikian hubungan keduanya dengan orang tua mereka. Hubungan Miles dengan ayah ibunya, serta Gwen dengan sang ayah mendapat tempat lebih dan menyentuh. Namun problema terbesar Miles dan Gwen bukan hanya ini.
Dalam pengembangan kisahnya, Miles dan Gwen dihadapkan pada masalah hidup-mati yang mempertaruhkan nasib seluruh semesta. Hubungan Miles dengan Gwen dan rekan-rekan lamanya juga berada di ujung tanduk. Miles yang terhitung masih bocah harus berhadapan dengan masalah demikian hebat yang harus ia tanggung sendiri. Problema terbesarnya rupanya adalah dirinya sendiri. Ini adalah level kedalaman cerita yang tidak dimiliki sebelumnya. Sebuah tes fisik dan mental maha berat, yang sayangnya, kita harus bersabar untuk mendapat kisah lanjutannya. Satu-satunya kelemahan Spider-Man Across the Spider-Verse hanyalah ini.
Pencapaian visual yang penuh warna dan enerjik pada film sebelumnya terdapat semua di sini. Perpaduan editing cepat dan musik yang rancak mengiringi tiap adegannya. Bahkan kini, kita diajak untuk berkunjung ke beberapa semesta alternatif yang memiliki nuansa yang berbeda, termasuk Venom (pssst.. ini bukan spoiler). Bagi penikmat komiknya, seperti dirujuk langsung (komik) dalam banyak adegannya, Across the Spider-Verse menyajikan karakter-karakter Spider-Man baru yang eksentrik, macam Spider-Man India hingga Spider-Man Punk. Puluhan, bahkan ratusan karakter Spiderman bersliweran di mana-mana. Para penikmat komiknya bisa jadi bakal menggila.
Spider-Man Across the Spider-Verse adalah satu pencapaian langka yang melebihi seri pertamanya melalui kemasan visual enerjik dan sisi drama menyentuh di tengah hingar-bingar dan kemelut multi-verse-nya. Film ini adalah sebuah hiburan lengkap bagi para penikmat film sejati, namun rasanya tidak untuk penonton awam (terlebih anak-anak). Untuk memahami konsep plotnya memang butuh wawasan kuat tentang multiverse yang kini tengah tren. Multiverse adalah satu konsep cerita yang kompleks dan absurd yang tidak bisa hanya dipahami melalui satu dua film saja. Konsep ini ibarat pisau bertama dua yang bisa membuat segalanya menjadi lebih baik atau membunuh plotnya. Spider-Man Across the Spider-Verse menggunakannya dengan bijak dan gaya berkelas. Apakah menjamin Piala Oscar untuk kategori animasi? Rasanya begitu. Mari bersabar menanti Spider-Man Beyond the Spider-Verse.
Yang ini durasinya lama tapi konten ceritanya ditipisin. Yang bikin lama adalah action-action di paruh pertama, fan service, dan subplot basa-basi di universenya Miles. Film kelar sebelum aksi terjadi juga bikin nanggung & geregetan. 8/10.