Spy_banner
spy_poster
Spy Movie
Komedi Spionase a la McCarthy

23 Mei 2015

Sutradara: Paul Feige
Produser: Paul Feige/Peter Chernin/Jessie Henderson/Jenno Topping
Penulis Naskah: Paul Feige
Pemain: Melissa McCarthy/Jude Law/Jason Statham/Rose Byrne
Sinematografi: Robert Yeoman
Editing: Dean Zimmerman /Don Zimmerman
Ilustrasi Musik: Theodore Shapiro
Studio: Chernin Entertainment/Feigco Entertainment
Distributor: 20th Century Fox
Durasi: 120 menit
Bujet: $65 juta

Film komedi spionase sejenis yang sukses sudah banyak dan Spy sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang baru kecuali aksi para bintangnya, McCarthy, Law, Byrne, dan Statham. Plot pun mengingatkan pada Get Smart (2008) hanya berbalik posisi antara agen kantor/analis (Steve Carrel) dan agen lapangan (Anne Hathaway). Dari trailer-nya sudah jelas memperlihatkan inti alur kisahnya. Seorang analis CIA Susan Cooper (McCarthy) menawarkan dirinya menjadi agen lapangan karena Bradley Fine (Law), agen dibawah kendalinya gagal tugas, dan agen-agen top CIA, termasuk Rick Ford (Statham) telah terbongkar identitasnya. Kotak cilik berisi nuklir hilang dan diperkirakan Rayna (Byrne), seorang dealer gelap senjata kelas kakap memilikinya. Tugas Susan hanya mendekati Rayna dan mencari keberadaan kotak nuklir tersebut. Sederhana saja.

Nuansa James Bond sudah tampak ketika opening title yang selalu digunakan di film-film Bond digunakan dengan gaya yang nyaris sama, diiringi lagu dan tampilan grafis. Aksi yang sering ada di film-film spionase semua ada disini, dari aksi penyamaran hingga aksi kejar-mengejar di jalanan, dan satu faktor pembeda hanya McCarthy. McCarthy sebelumnya kita kenal dengan gaya bicara yang ceplas-ceplos, cerewet, dan kasar, dan di film ini pun sama. Ketimbang aksi, dialog menjadi tontonan paling menarik dalam Spy. McCarthy memiliki kontrol penuh dalam semua adegan dan sang sineas, Paul Feige yang ini kali ketiga (Bridesmaid & The Heat) mengarahkan sang aktris tahu betul potensi sang aktris. Aksi jalanan seru di Paris kalah jauh menghibur dengan debat mulut antara Susan dan Ford atau Susan dan Rayna. Hingga seorang Jason Statham pun ternyata punya potensi menjadi seorang komedian.

Baca Juga  Sineas Merdeka: Bersinergi dalam Film dengan Merdeka di Malang

Spy bukan komedi slapstick macam Austin Power atau Get Smart. Aksi komedinya didominasi dialog ketimbang aksi pemainnya dan ini adalah kekuatan Spy ketimbang film-film spionase sejenis. McCarthy menjadi bintang dan membawa film ini menjadi miliknya. Penonton yang mengharapkan aksi seru tidak akan mendapatkan apa-apa namun jika ingin melihat dialog, celotehan, dan umpatan konyol dan kasar, Anda akan terhibur berat. Plotnya juga tidak menawarkan apapun dan sedikit twist di akhir juga tidak sulit ditebak sejak awal. Dari film-film McCarthy sebelumnya, Spy juga bukan film terbaiknya namun penonton fans sang aktris dijamin akan sangat terhibur.

Movie Trailer

PENILAIAN KAMI
Total
60 %
Artikel SebelumnyaTomorrowland
Artikel BerikutnyaBrad Pitt Kembali Bintangi World War Z 2
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.