Star Trek Beyond (2016)

122 min|Action, Adventure, Sci-Fi|22 Jul 2016
7.0Rating: 7.0 / 10 from 261,052 usersMetascore: 68
The crew of the USS Enterprise explores the furthest reaches of uncharted space, where they encounter a new ruthless enemy, who puts them, and everything the Federation stands for, to the test.

Star Trek Beyond adalah seri ketiga sejak di-reboot tahun 2009. Sineas kawakan J.J. Abrahms kini tidak lagi ada di kursi sutradara melainkan Justin Lin yang selama ini kita kenal melalui seri aksi jalanan, Fast & Furious. Seperti seri Fast yang cepat dan menghibur, Justin membawa franchise Star Trek ke level yang belum pernah dicapai seri ini sebelumnya.

Sudah tiga tahun lamanya, Capt. James T. Kirk dan kawan-kawannya bersama Enterprise melakukan misinya di angkasa lepas dan Kirk dilanda rasa bosan. Enterprise akhirnya tiba di penghujung batas wilayah Starfleet dan di ujung sana terdapat stasiun angkasa paling modern milik Starfleet, yakni York Town. Kirk diam-diam menerima tawaran menjadi wakil kepala stasiun York Town sebelum sebuah misi dadakan Enterprise merubah segalanya.

Seperti yang sudah diduga, Justin Lin menggunakan semua kemampuannya di seri Fast dan menerapkannya di film ini. Sejak mulai konflik nyaris aksi dan waktu berjalan tanpa henti. Tidak ada waktu untuk latar cerita, semuanya berjalan, whoosh, whoosh, dan whoosh hingga klimaks filmnya. Lin membagi kisahnya sesuai dengan awak kru Enterprise yang terpisah sehingga terdapat lima hingga enam subplot yang secara bergantian muncul dengan cepat. Solusi masalah demi masalah muncul dan sesuatu yang baru juga selalu muncul. Belum pernah seri ini temponya begitu cepat dan menghibur seperti ini sejak Star Trek: First Contact beberapa dekade lalu.

Baca Juga  Meg 2: The Trench

Satu lagi yang membuat film ini begitu segar adalah selera humornya. Sejak dua seri sebelumnya, belum pernah sisi humor diangkat hingga ke level ini, simak saja adegan klimaks di angkasa lepas di luar stasiun York Town, pasti Anda mengerti benar apa dimaksud. Pula komedi ringan yang dihadirkan oleh karakter Dr. Dr. Mc.Coy dan Mr. Spock yang kali ini lebih banyak berpasangan ketimbang sang kapten. Sisi humornya memang membuat film ini menjadi terasa lebih ringan ketimbang dua seri sebelumnya.

Secara visual apa lagi yang mau kita komentari karena memang CGI adalah kekuatan utama film ini. Bagaimana visualisasi stasiun luar angkasa Yorktown yang memesona seolah kita pun sama takjubnya dengan kru Enterprise yang baru melihatnya. Lin juga membuat beberapa shot unik yang belum pernah ada sebelumnya di seri ini, seperti gambaran perjalanan “warp” pesawat Enterprise melalui shot establish hingga ketika Enterprise lepas landas dari stasiun Yorktown.

Star Trek Beyond memang memiliki kelemahan pada latar belakang dan logika cerita namun satu perjalanan yang amat menghibur tanpa henti menutup segalanya seperti apa yang diinginkan para fansnya. Para fans Star Trek kini tentu juga sudah akrab dengan wajah-wajah muda yang kini telah menempel kuat dengan karakternya sejak film ini di-reebot. Kita tinggal menantikan apa lagi petualangan Capt. Kirk dan kawan-kawan di seri berikutnya yang konon sudah mendapat lampu hijau. Sama seperti moto Star Trek, kita tentu ingin melihat seri ini menuju lepas batas angkasa menuju ke sesuatu yang belum pernah dicapai sebelumnya.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaKoala Kumal
Artikel BerikutnyaDivergent: Ascendant Tidak Tayang di Teater
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.