Star Trek (2009)
127 min|Action, Adventure, Sci-Fi|08 May 2009
7.9Rating: 7.9 / 10 from 622,996 usersMetascore: 82
The brash James T. Kirk tries to live up to his father's legacy with Mr. Spock keeping him in check as a vengeful Romulan from the future creates black holes to destroy the Federation one planet at a time.

Star Trek merupakan seri ke-11 sejak pertama kali muncul tiga dekade silam, Star Trek: The Motion Pictures (1979). Tidak seperti empat seri terakhir yang merupakan seri Star Trek Generation, film Star Trek kali ini kembali “me-remake” versi orisinilnya. Film ini digarap olah sineas JJ. Abrams yang sukses dengan debut layar lebarnya melalui Mission Impossible III (2006). Film ini dibintangi bintang-bintang muda, antara lain Chris Pine, Zachary Quinto, Karl Urban, James Cho, serta beberapa bintang pendukung macam Eric Bana, Winona Ryder, Simon Pegg, serta bintang tamu Leonard Nimoy yang kembali bermain sebagai Mr. Spock.

Kali ini tidak seperti sepuluh seri sebelumnya mengambil kisah awal bagaimana tokoh-tokoh legenda, yakni Kapten James T. Kirk, Spock, Dr. Bones, Sulu, Uhura, Chekov, dan Scotty bertemu dan bergabung bersama Starfleet hingga kelak menjadi kru tetap Enterprise. Satu hal yang teramat sulit tentunya mencari pemain-pemain muda yang memiliki pesona dan karisma yang mendekati para pemain aslinya, macam William Shatner, Leonard Nimoy, dan lainnya. But they did it! Terutama Pine, Quinto, Urban mampu bermain sangat menawan menjadi Kirk, Spock, dan Bones muda. Chemistry yang terjalin diantara mereka bertiga nyaris sama baiknya seperti film-film terdahulu, terutama ketika mereka sedang beradu mulut. Pemain lainnya, seperti Zoe Zaldana (Uhura), Cho (Sulu), dan Simon Pegg (Scotty) bermain lumayan namun yang paling lemah adalah Anton Yelchin (Chekov). Namun rasanya satu tim pemain ini sudah lebih dari cukup menjadi modal kuat bagi sekuel berikutnya.

Plot Star Trek yang bermain-main dengan masa lalu dan masa depan bukan merupakan sesuatu hal yang baru lagi pada seri Star Trek. Tampak sekali penulis naskahnya ingin mencari jalan keluar yang paling aman untuk me”reboot” kembali cerita aslinya. Kedatangan pesawat Romulan dari masa depan bersama Spock tua merubah semua skenario waktu yang ada. Mudahnya, cerita yang telah terbentuk sejak Star Trek pertama, semuanya telah hilang (berubah). Hal ini tentu memudahkan pengembangan cerita untuk sekuelnya kelak. Dari satu sisi bisa dibilang naskahnya brilyan.. but it’s too damn simple!Esensi cerita Star Trek adalah petualangan menjelajahi serta mengeksplorasi wilayah angkasa yang belum tersentuh sebelumnya. Amat disayangkan jika semua ini hanya dirusak oleh “waktu”. Sesulit apapun masalahnya kelak semuanya bisa kembali “normal” dengan hanya sedikit memainkan unsur waktu. What’s the fun of that! Tidak diragukan memang, plot Star Trek IV: Voyage Home dan Star Trek: First Contact yang bermain-main dengan unsur waktu merupakan dua seri yang paling menghibur tapi mestinya ini cukup.

Baca Juga  Stowaway

Naskahnya memang mengecewakan namun tidak untuk pencapaian visualnya. Dari sisi efek visual bisa dibilang seri Star Trek kali ini merupakan yang terbaik diantara semuanya. Pesawat Enterprise tidak pernah terlihat begitu nyata seperti sekarang. Pada satu adegan ketika Kirk tengah melihat pesawat Enterprise yang tengah dalam proses pengerjaan… wow it’s so beautiful! Anjungan utama Enterprise juga tidak pernah terlihat begitu modern dan bersih seperti sekarang. Seluruh sajian visualnya dari kecepatan warp hingga transport beam dibuat lebih fresh dari sebelumnya. Satu adegan aksi sangat menawan yang patut dicatat adalah ketika Kirk dan Sulu melayang bebas di udara menembus atmosfir Vulcan untuk mencegah niat bangsa Romulan menghancurkan planet tersebut.

Film Star Trek kali ini bisa jadi bernilai sempurna jika plotnya tidak bermain-main dengan waktu. Pencapaian visual yang sangat memukau plus akting bagus dari para pemain mudanya sudah cukup menjadikan film ini sebagai salah satu seri Star Trek terbaik yang pernah ada. Rasanya film ini lebih pas ditujukan untuk penonton muda yang tumbuh tidak bersamaan dengan generasi seri film-film Star Trek sebelumnya. Dan terbukti memang secara komersil film ini adalah seri Star Trek yang paling laris. Tidak lama kita pasti akan segera melihat sekuelnya. Awal sebuah legenda? I don’t think so… bukankah Kapten Kirk, Spock, Dr. Bones, Sulu, Uhura, Chekov, dan Scotty yang lama sudah hilang ditelan waktu?

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaDistrict 9
Artikel BerikutnyaNicole Kidman
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.