Sully (2016)

96 min|Biography, Drama|09 Sep 2016
7.4Rating: 7.4 / 10 from 302,182 usersMetascore: 74
When pilot Chesley "Sully" Sullenberger lands his damaged plane on the Hudson River in order to save the flight's passengers and crew, some consider him a hero while others think he was reckless.

Semakin tua, sineas dan aktor gaek Clint Eastwood justru semakin produktif dan untuk kesekian kalinya ia kembali menggarap kisah biografi. Diambil dari kisah heroik, Kapten pesawat, Chesley Sullenbenger, yang melakukan pendaratan darurat di Sungai Hudson, New York pada tahun 2009. Cerita filmnya terfokus pada dibalik kisah heroik tersebut yang menyimpan sebuah keraguan dari pihak maskapai penerbangan terhadap performa sang pilot.

Kisahnya sangat sederhana dan penonton pasti tahu akan kemana cerita filmnya mengarah. Kisah nyaris serupa sebelumnya kita lihat dalam Flight yang dibintangi Denzel Washington. Keraguan terhadap sebuah momen yang menjadi isu utama plotnya dimana sebuah kebenaran dipertanyakan. Semakin abu-abu dan semakin lama menunda fakta yang sesungguhnya terjadi, plotnya menjadi semakin menarik. Sully mengambil plot sesaat sebelum sidang publik yang akan menentukan nasib sang pilot. Sineas mengemas plot menggunakan teknik kilas-balik dari beberapa momen, terutama saat insiden tersebut terjadi. Usaha sineas untuk membuat menarik kisahnya melalui teknik ini sudah maksimal namun tetap saja tidak menutupi kisahnya yang datar dan mudah diantisipasi klimaksnya. Berbeda dengan Flight dan Courage Under Fire (dimainkan pula oleh Denzel) yang mampu membuat wilayah abu-abu begitu dramatis hingga klimaks.

Tom Hanks sendiri bersama Aaron Eckhart bermain sangat baik dan menjadi salah satu kekuatan filmnya. Hanks mendukung kuat kemasan sinematik yang dipakai sang sineas melalui akting dan sorot matanya yang penuh dengan keraguan. Para pemain sudah berakting maksimal namun tetap saja kisahnya terlihat kurang dramatis. Eastwood yang kita kenal dengan gayanya yang lambat, aspek sinematografi yang kuat dengan ilustrasi musik “melow” dengan instrumen sederhana kali ini tidak mampu mengangkat kisahnya yang memang datar. Beberapa Footage pada segmen credit yang menggambarkan sosok para penumpang dan Kapten Sully yang asli juga tidak memberi banyak efek dramatis. Datar-datar saja.

Baca Juga  Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Sully mengandalkan penampilan Tom Hanks yang memikat dan sang sineas telah berusaha keras mengemas filmnya sesinematik mungkin namun tetap tidak mampu mengangkat kisahnya yang relatif datar. Clint Eastwood selama dua dekade terakhir ini memang lebih banyak memilih menggarap drama biografi yang beberapa memang terbukti sukses komersil maupun kritik. Hingga kini, Unforgiven (1992) masih menjadi karya terbaiknya. Akan sangat menarik jika sang sineas mencoba kembali ke genre yang telah membesarkannya namanya.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaIni Kisah Tiga Dara
Artikel BerikutnyaWarkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.