Sword Art Online the Movie: Ordinal Scale (2017)

119 min|Animation, Action, Adventure|18 Feb 2017
7.3Rating: 7.3 / 10 from 9,133 usersMetascore: N/A
Kirito uncovers a conspiracy within Ordinal Scale, a popular AR game developed for a new system called The Augma.

Sword Art Online: The Movie Ordinal Scale adalah film animasi yang diadaptasi dari serial light novel populer berjudul Sword Art Online karya Reki Kawahara. Novel ini sebelumnya telah diadaptasi menjadi serial anime yang sangat laris hingga diproduksi sebanyak 3 serial, yaitu Sword Art Online, Sword Art Online II, dan Gun Gale Online dengan ide cerita yang berbeda walapun karakter utamanya masih tetap sama. Film ini disutradarai oleh Ito Tomohiko dan memiliki ide cerita yang berbeda dari 3 serial tersebut walau masih mempertahankan karakter yang sama.

Film ini dibuka dengan background cerita pada seri pertamanya yang berjudul Sword Art Online. Dikisahkan semakin berkembangnya teknologi kemudian tercipta sebuah permainan virtual menggunakan helm NerveGear yang disebut Sword Art Online (SAO) dengan 10.000 pemain aktif. Namun, suatu ketika penciptanya, Kayaba Akihiko, memblokir akses keluar dari permainan dan mengharuskan para pemain untuk bertahan atau mengalahkan 100 boss demi keluar dari permainan. Setiap pemain yang kalah di dunia virtual juga akan mati di dunia nyata karena kerusakan saraf otak. Salah seorang pemain bernama Kirigaya Kazuto atau Kirito akhirnya bisa membebaskan para pemain yang tersisa. Dan setelah kejadian yang sama terulang di serial kedua dan ketiga dengan tipe game yang berbeda, film Ordinal Scale ini lebih mengarah pada momen pasca SAO berhasil dihancurkan.

Pada tahun 2026, 2 tahun setelah SAO perusahaan Augma merilis sebuah perangkat bernama Amu Sphere yang praktis dan bisa digunakan untuk berbagai macam hal. Salah satunya permainan bernama Ordinal Scale dimana para pemainnya dirangking berdasarkan nomor ordinal. Selain itu Augma meluncurkan program idol AI bernama Yuna. Banyak orang mulai beralih menggunakan AmuSphere dibandingkan FullDive termasuk para korban selamat game SAO. Suatu ketika, muncul banyak kasus hilang ingatan yang menimpa para korban SAO, termasuk Yuuki Asuna yang membuat Kirito harus turun tangan dan menyelidiki langsung hal yang menimpa kekasihnya.

Baca Juga  The Swordsman

Ide teknologi yang digunakan di kisah film ini mirip smartphone tercanggih dengan segala aplikasinya yang memudahkan kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Bisa berbagi banyak tautan, pembelian online, diskon, bahkan ber-karaoke di tempat umum. Game Ordinal Scale mengingatkan saya pada game Pokemon Go yang sempat populer, dengan sistem yang mengharuskan pemain datang ke suatu tempat untuk mendapatkan poin. Jadi, jika dalam game virtual SAO pemain hanya mengandalkan tokoh virtual, di Ordinal Scale pemain harus mengasah diri sendiri secara nyata, seperti berolahraga dan mempelajari bela diri. Bicara tentang idol AI, sejauh ini yang masih populer adalah Hatsune Miku. Salah satu tokoh Vocaloid yang sempat heboh karena mengadakan konser di berbagai negara dengan menampilkan karakter yang berbentuk sebuah hologram.

Sepanjang film ini lebih banyak menyajikan aksi dan kecanggihan teknologi. Ide ceritanya pun cukup menarik, namun kurang digali lebih dalam dari aspek penceritaannya. Mungkin karena jarak pembuatannya berselang cukup lama dari seri pertamanya sehingga membuat film ini harus memasukkan poin-poin penting di seri pertamanya dan memotong porsi cerita Ordinal Scale. Selain itu, banyaknya peran pendukung dari seri kedua dan ketiga yang muncul juga mengurangi porsi para pemain utamanya. Bumbu romansa antara Kirito dan Asuna juga terselip sebagai pemanis diantara banyaknya aksi ala video game. Film yang sangat menghibur dan dekat dengan keseharian para remaja masa kini yang sangat bergantung pada perkembangan teknologi.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
65 %
Artikel SebelumnyaMerah Putih Memanggil
Artikel BerikutnyaPosesif
Luluk Ulhasanah atau lebih akrab dipanggil EL, lahir di Temanggung 6 September 1996. Sejak kecil hobi menonton film dan menulis. Minatnya pada film membuat ia bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2016 dan mulai beberapa kali terlibat produksi film pendek, dan aktif menulis review film, khususnya rubrik film Asia. Pada bulan Desember 2017, ia menjadi juri mahasiswa dalam ajang festival film internasional, Jogja Asian Film Festival (JAFF Netpac) 2017. Ia juga salah satu penyusun dan penulis buku 30 Film Indonesia Terlaris 2002-2018.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.