Teen Titans GO! To the Movies (2018)
84 min|Animation, Action, Adventure|27 Jul 2018
6.7Rating: 6.7 / 10 from 22,263 usersMetascore: 69
A villain's maniacal plan for world domination sidetracks five teenage superheroes who dream of Hollywood stardom.

Teen Titans Go! To the Movies adalah film adaptasi dari seri animasi TV berjudul sama yang mengudara sejak tahun 2013 hingga kini. Tentu saja, tokoh-tokoh superhero cilik ini diambil dari seri komik DC, sekalipun tak berhubungan cerita dengan DC Extended Cinematic Universe (DCEU). Film komedi animasi ini, diisi suara oleh pengisi suara seri animasinya sendiri, yakni Scott Menville, Tara Strong, serta Greg Cipes, serta beberapa bintang ternama, seperti Nicholas Cage, Will Arnett, serta Kristen Bell.

Alkisah, “Justice League” versi remaja, Teen Titans (Robin, Cyborg, Raven, Starfire, dan Beast Boy) selalu diremehkan para seniornya ketika menghadapi kasus kejahatan karena dianggap tak pernah serius ketika beraksi. Di era emas superhero ini, nyaris semua superhero telah memiliki filmnya sendiri, termasuk Batman yang kini kembali merilis film untuk kesekian kalinya. Teen Titans menyusup ke bioskop untuk menonton premiere film Batman, namun Robin mendapati dirinya justru dipermalukan para superhero karena ia mengira film yang mengisahkan dirinya bakal diproduksi. Robin bertekad untuk membuktikan dirinya bahwa dirinya layak untuk dibuat film.

Jangan mengira film ini adalah layaknya film superhero lazimnya, namun Teen Titans Go! adalah film superhero tentang “film superhero” dan bukan superhero. Bingung? Ringkasan plot di atas rasanya sudah menjelaskan semuanya. Film ini banyak memiliki referensi kuat dari film-film superhero yang pernah diproduksi Hollywood selama ini. Semua banyolan, baik aksi maupun dialog, mengarah ke sini, yang juga merupakan kekuatan terbesar filmnya (diistilahkan meta-humor), di mana mereka mengolok-olok semua film superhero yang pernah rilis atau genre superhero sendiri. Walau humornya mirip Deadpool, namun tak ada pelanggaran tembok ke-4 di sini karena memang filmnya berkisah tentang produksi film. Got it?

Jelas siapa pun penikmat film superhero bakal terpingkal-pingkal melihat banyolan Teen Titans. Nyaris semua banyolan meta-nya adalah yang paling ditunggu. Coba saja bagaimana ketika Teen Titans mengira sosok Deathstroke (Slade Wilson) adalah Deadpool yang sontak membuat marah dirinya dengan berujar, “Aku lebih dulu ada dari dia!”. Film ini bahkan mengolok-olok sosok Stan Lee yang selalu muncul dalam produksi film Marvel yang juga muncul di film ini. Saya geli juga melihat Nick Cage mengisi suara sosok Superman yang tiga dekade silam pernah digadangkan bermain sebagai sosok ini. Sang aktor akhirnya mendapatkan perannya. Namun, humor-metanya yang memang kelewat konyol justru mengerdilkan hal lainnya, seperti kisahnya.

Baca Juga  CODA

Teen Titans Go! To the Movies dengan meta-humornya adalah satu penyegaran baru bagi genrenya walau banyolannya justru menghilangkan kisah dan pesan filmnya sendiri. Film ini jelas bukan untuk penonton yang tidak mengenali film superhero populer yang pernah diproduksi. Bisa jadi penonton anak-anak pun sulit menerima banyolannya. Film ini juga mengolok genre superhero sendiri yang kini memang sangat mendominasi industri film dengan sekuel, prekuel, spin-off, hingga digambarkan di film ini, sosok Alfred (pelayan Bruce Wayne) pun akan dibuat filmnya. Perkembangan genre superhero yang demikian pesat sejak dua dekade terakhir adalah juga penyebab film ini bisa muncul sekaligus menasbihkan genrenya sebagai penguasa industri film kini.

WATCH TRAILER

https://www.youtube.com/watch?v=xBHQj-eiVsE

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaInuyashiki
Artikel BerikutnyaNew Trailer – Fantastic Beast
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.