Terlalu Tampan merupakan film drama komedi remaja yang diadaptasi dari serial webtoon berjudul sama. Film ini disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, yang sebelumnya menyutradarai film drama roman Love for Sale (2018). Film ini dibintangi oleh sederet selebriti tanah air, seperti Ari Irham, Nikita Willy, Rachel Amanda, Calvin Jeremy, Tarra Budiman, Iis Dahlia, dan Marcelino Lefrandt.
Mari kita sedikit membahas tentang serial webtoon Terlalu Tampan. Cerita ini ditulis oleh Muhammad Ahmes Avisiena Helvin (Avisiena) dan diilustrasikan oleh Savenia Melinda Sutrisno (Savenia). Dalam 100 episode ceritanya, webtoon ini sudah meraih 1,8 miliar penggemar. Awal membacanya mungkin terkesan aneh dan gaje, namun seiring berjalannya waktu, ceritanya ternyata cukup menarik untuk diikuti karena humornya fresh, meski tak sedikit juga yang garing, tentang lika-liku penderitaan orang tampan. Lalu bagaimana jika webtoon ini di filmkan?
Alkisah terdapat sebuah keluarga yang memiliki ketampanan di atas rata-rata, dari ayah, ibu, hingga kedua anak laki-lakinya. Mas Kulin (Ari Irham) merupakan remaja yang tertutup karena ia benci jika dihadapkan pada situasi yang membuatnya dikejar-kejar oleh para perempuan, karena ia terlalu tampan. Hingga pada suatu hari, keluarganya mencari cara agar Kulin mau keluar rumah dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Terjebak oleh siasat tersebut, Kulin akhirnya terpaksa menghabiskan masa-masa akhir sekolahnya di sebuah sekolah umum khusus laki-laki. Meskipun berusaha menghindar dari makhluk yang bernama perempuan, namun Kulin lagi-lagi terjebak dalam situasi yang mengharuskannya berhadapan dengan para siswi sekolah sebelah.
Bagi yang tidak membaca serial webtoon-nya, tak perlu takut untuk menonton film ini. Karena film ini berdiri sendiri, alias tidak terikat dengan cerita dalam serialnya. Awal menonton, saya tak memiliki ekspektasi lebih pada film ini. Pikir saya, mungkin film ini akan sama anehnya dan gaje seperti versi webtoon-nya. Inti plotnya adalah tentang pencarian jati diri seorang remaja, dengan sisipan kisah roman, persahabatan,dan keluarga. Namun, tanpa diduga film ini mampu membuat riuh seisi bioskop melalui sisi humornya. Ini adalah salah satu poin lebih filmnya.
Sisi komedinya dominan dan masih mempertahankan ciri khas dari webtoon-nya, yang terkadang aneh dan gaje. Humor spontan yang ditempatkan pada momen yang pas dan mampu mencairkan segala ketegangan yang ada, atau dengan kata lain, jokes muncul saat cerita berjalan serius. Satu contohnya, ketika Mas Kulin tersinggung dengan kata-kata Mas Okis, ia berniat kembali ke kamarnya dengan alasan belajar untuk ujian. Tak disangka celetukan Pak Archewe “Nggak usah terlalu serius belajar, kamu lulus tahun depan juga nggak apa-apa kok”. Sontak ini mampu meledakkan tawa seisi bioskop. Humornya jika dibaca dari tulisan ini terkesan biasa dan untuk bisa memahaminya, tonton saja filmnya.
Hal lain yang mencuri perhatian adalah penggunaan teknik editing, kamera, serta suara yang menggambarkan mood sang tokoh. Misal ketika ketika tokoh utama sadar jika hubungannya dengan gadis pujaannya perlahan menjauh, background gambar seolah menjauh dengan posisi objek tetap pada tempatnya. Atau pula, penggunaan teknik pengalihan suara di tempat karaoke ketika sang tokoh menyadari jika sang pujaan sudah memiliki tambatan hati lain. Simpel, namun ini jarang sekali ditemui dalam film produksi kita. Terlebih, teknik ini digunakan memiliki motif dalam penceritaannya. Dalam beberapa adegan, dikemas seperti halnya pengadeganan dalam komik atau kartun yang serba hiperbola dan didramatisir, ditambah unsur animasi yang untungnya masih lucu pula.
Para pemerannya bisa terbilang tampil maksimal dan sesuai porsinya. Penampilan Ari Irham sebagai Mas Kulin, kali ini lebih bisa maksimal ketimbang penampilannya di film roman After Met You yang rilis baru lalu. Melalui film ini, dijamin sang bintang bakal semakin melejit. Iis Dahlia kembali berperan di film layar lebar, setelah film pertamanya, Kentut (2011). Jujur saja, saya tak menyangka, ia sangat cocok memerankan Bu Suk, yang dalam webtoon-nya digambarkan sebagai ibu berparas tampan, memiliki garis wajah yang tegas seperti laki-laki.
Terlalu Tampan sangat menghibur dengan cerita remaja yang lucu serta menggemaskan. Komedinya yang spontan dan tidak bisa diprediksi menjadi sisi lebih film ini. Cara sang sineas mengemas filmnya membuat saya salut, terlihat bagaimana ia memahami betul trik untuk memadukan unsur naratif dan sinematik. Film ini bisa jadi contoh bagus ketika para sineas tanah air tidak pernah berhenti untuk belajar dalam memahami sebuah film, dan ini adalah salah satu bentuk kita mencintai tanah air dengan cara memajukan perfilman Indonesia. Witing Tresno Jalaran Soko Kulino.
WATCH TRAILER