Terminator Genisys adalah seri kelima Terminator yang dianggap reboot bisa pula sekuel. Kisahnya berlatar plot Terminator pertama ketika Kyle Reese dikirim oleh John Connor ke tahun 1984 untuk menyelamatkan Sarah Connor dari kejaran T-800. Ketika Reese sampai di tahun 1984 segalanya ternyata telah berubah. Sarah justru menyelamatkan Reese dari kejaran Terminator. Sejarah telah berubah dan mereka harus mencegah Skynet kesekian kalinya untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Cukup rumit bukan? Entah film ini sekuel dari Terminator pertama atau kedua, atau sebuah reboot, sulit dipahami.
Jika Anda menemukan mesin waktu dan menggunakan mesin tersebut untuk kembali ke masa lalu dan memberikan rancangan mesin waktu pada diri Anda yang lebih muda. Pertanyaan sekarang, siapa yang menciptakan mesin waktu tersebut? Anda yang sekarang atau Anda di masa lalu? Plot Terminator memang memiliki masalah dengan paradoks mesin waktu. Apa yang membuat seri pertama dan kedua begitu baik adalah karena plotnya tidak bermain-main dengan logika ini namun sederhana saja, menjaga Sarah dan John Connor agar tidak dibunuh. Terminator Genesys bermain-main dengan waktu dan plot film Terminator pertama, banyak realita baru terjadi dalam alur kisahnya sehingga kita tidak bisa berpegang pada satu realita yang benar-benar bisa kita percaya. Nyaris sepanjang film kita tidak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi? Ini inti masalah filmnya.
Plot Terminator 1 & 2 yang sederhana memungkinkan James Cameron mengeksplorasi adegan aksi dengan sedemikian hebat. Sementara Genesys terlalu sibuk dengan rumitnya plot sehingga kita tidak mampu menikmati adegan-adegan aksinya. Adegan aksi berjalan dengan cepat tapi kita justru kebingungan bertanya apa yang tengah terjadi. Sehebat apapun adegan aksi tidak akan berarti apa-apa tanpa motif yang jelas. Namun harus diakui beberapa pencapaian CGI sangat baik, terutama pada penciptaan karakter Terminator seri pertama. Nyaris tidak bisa kita bedakan dengan aslinya. Beberapa reka ulang adegan film Terminator pertama, bahkan shot-nya pun sama, sedikit membawa kita pada nostalgia masa lalu. Sosok Arnold sebagai terminator, salah satu ikon sinema terbesar, kini sudah terlalu tua dan “usang”. Satu lagi, ilustrasi musik Terminator yang menjadi salah satu kekuatan dua seri awal sama sekali tidak bisa kita rasakan dalam filmnya.
Terminator Genisys sama gagalnya dengan seri ketiga dan keempat. Entah ini sekuel atau reboot tidak ada bedanya. Plotnya yang rumit membuat semuanya menjadi tidak jelas. Penonton yang sudah fasih dengan film pertama dan kedua bisa jadi masih kebingungan apalagi yang sama sekali belum pernah menonton. Terminator Genesys sesekali membawa kita pada nostalgia masa lalu, namun tidak mampu membawa unsur ketegangan serta adegan aksi superior yang membuat seri pertama dan kedua begitu istimewa. “I’ll be back”, kata sang Terminator, kita bisa menjawab, “Don’t come back”.
baca juga review Terminator 1 & 2 disini